Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Klasifikasi, Pengertian, dan Jenis-Jenis Kalimat


Pengertian dan Jenis-Jenis Kalimat

Pengertian Kalimat

Sebelum masuk ke pembagian jenis-jenis kalimat, ada baiknya kita ketahui dulu tentang pengertian kalimat. Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang memunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari beberapa klausa. 

Ada pula yang mengartikan kalimat dari segi penulisan. Misalnya, satuan bahasa yang diakhiri dengan titik.

Ada empat ciri utama kalimat, yaitu: 

  • satuan bahasa; 
  • secara relatif dapat berdiri sendiri; 
  • memunyai intonasi akhir; 
  • terdiri dari klausa. 

Jenis-Jenis Kalimat Berdasarkan Berbagai Sudut Pandang


Adapun pembagian kalimat adalah sebagai berikut ini:

Klasifikasi (Jenis-Jenis) Kalimat

Ada delapan jenis-jenis kalimat yang bisa dijelaskan. Masing-masing jenis itu berdasarkan hal yang memengaruhi pembentukan kalimat tersebut. Kedelapan hal yang memengaruhi jenis-jenis kalimat adalah sebagai berikut:

  1. Jenis kalimat berdasarkan jumlah dan jenis klausa.
  2. Jenis kalimat berdasarkan struktur internal klausa utama.
  3. Jenis kalimat berdasarkan respons yang yang diharapkan.
  4. Jenis kalimat berdasarkan sifat hubungan aktor-aksi
  5. Jenis kalimat berdasarkan  ada atau tidaknya unsur negatif pada frase verbal utamanya
  6. Jenis kalimat berdasarkan kesederhanaan kelengkapan dasar
  7. Jenis kalimat berdasarkan posisinya dalam percakapan
  8. Jenis kalimat berdasarkan konteks jawaban yang diberikan



1. Berdasarkan Jumlah dan Jenis Klausa
1.1 Kalimat tunggal: adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas tanpa klausa terikat. Contoh: Saya belajar.
1.2 Kalimat bersusun: kalimat yang terdiri
dari satu klausa bebas dan sekurang-kurang satu klausa terikat. Contoh: Saya bangun sebelum ayam berkokok.
1.3 Kalimat majemuk: kalimat yang terdiri dari beberapa klausa bebas. Contoh: Paman membeli sebidang sawah, lantas dia menyuruh adiknya mencangkulnya.
2. Berdasarkan struktur internal klausa utama
2.1 Kalimat sempurna: kalimat yang dasarnya terdiri dari sebuah klausa bebas. Contoh: Adik menyusu.
2.2 Kalimat tak sempurna: kalimat yang dasarnya terdiri dari klausa terikat, atau sama sekali tidak mengandung struktur klausa. Mencakup kalimat elips, sampingan, tambahan, seruan dan minor. Contoh: (mau kemana?) ke Bandung.
3. Berdasarkan jenis respon yang diharapkan
3.1 Kalimat pernyataan: kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi tanpa mengharapkan respon tertentu. Contoh: udara dingin.
3.2 Kalimat pertanyaan: kalimat yang dibentuk untuk memancing respons yang beruapa jawaban. Contoh: Apa itu? Butuh jawaban, (misalnya) itu kertas.
3.3 Kalimat perintah: kalimat yang dibentuk untuk memancing respons yang berupa tindakan. Contoh: Cak Rat, duduklah!
4. Berdasarkan sifat hubungan aktor-aksi
4.1 Kalimat aktif: kalimat yang subjeknya berperanan sebagai pelaku. Contoh: Saya menulis tugas.
4.2 Kalimat pasif: kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita. Contoh: kue itu dimakan Cak Rat.
4.3 Kalimat medial: kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku sekaligus penderita. Contoh: Cak Rat menikmati keadaannya.
4.4 Kalimat resiprokal: kalimat yang subyek dan objeknya melakukan sesuatu perbuatan yang berbalas-balasan. Contoh: Cak Rat tukar menukar pikiran dengan Ahmadinejad.
5. Berdasarkan ada atau tidaknya unsur negatif pada frase verbal utamanya
5.1 Kalimat afirmatif/pengesahan/positif: kalimat pada frase verbal utamanya tidak terdapat unsur negatif atau unsur penyangkalan. Contoh: Dia membaca buku.
5.2 Kalimat negatif/penyangkalan: kalimat yang pada frase verbal utamanya terdapat unsur negatif atau penyangkalan. Contoh: Dia tidak membaca buku.
6. Berdasarkan kesederhanaan dan kelengkapan dasar
6.1 Kalimat formata: kalimat yang tersusun rapi yang memenuhi lima ciri yaitu: tunggal, sempurna, pernyataan aktif dan afirmatif.
6.2 Kalimat transformata: kalimat lengkap tetapi bukan kalimat tunggal. Yang mencakup kalimat bersusun dan kalimat majemuk. Bisa berasal dari kalimat tunggal yang dirangkaikan dan digabungkan.
6.3 Kalimat deformata: kalimat tunggal yang tidak sempurna, tidak lengkap.
6.3.1 Kalimat urutan: kalimat sempurna yang mengandung konjungsi (menyatakan bahwa kalimat itu merupakan bagian dari kalimat lain) seperti maka, jadi, tetapi dan sebagainya. Contoh: Maka Cak Rat menemui Pak Beye.
6.3.2 Kalimat sampingan: kalimat tidak sempurna yang terdiri dari klausa terikat, dan diturunkan dari kalimat bersusun (serta dapat digabungkan dengan kalimat tunggal yang mendahuluinya untuk membentuk sebuah kalimat bersusun). Contoh: Justru harga rumah itu kian naik.
6.3.3 Kalimat elips: kalimat tidak sempurna yang terjadi karena pelenyapan beberapa bagian dari klausa dan diturunkan dari kalimat tunggal. Contoh: Paman memasukkan kentang itu ke dalam karung. Lalu memasukkannya ke pasar. (subyek dihilangkan).
6.3.4 Kalimat tambahan: kalimat tidak sempurna yang terdapat dalam wacana sebagai tambahan pada pernyataan-pernyataan yang telah dikemukakan. Cak Rat akan pergi ke Istana Merdeka. Senin depan.
6.3.5 Kalimat jawaban: kalimat tidak sempurna yang bertindak sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan. Siapa namamu? Cak Rat.
6.3.6 Kalimat seruan: kalimat seruan terbatas pada kelompok kata dan frase yang sederhana saja, tanpa struktur klausa yang mendasarinya sama sekali; ketiadaan struktur klausa tersebut disebabkan oleh ketiaadaan unsur predikat di dalamnya.
Kalimat seruan meliputi:
A. Struktur Nonklausa:
Kelompok 1:
(i) panggailan/vokatif (pada umumnya berupa nama-nama orang atau pangkat panggilan orang) contoh: Cak Rat!
(ii) Salam: ekspresi tetap yang dipergunakan secara ritual untuk menemui orang, memulai percakapan, atau dalam saat perpisahan. Biasanya arti kata yang sebenarnya telah berubah atau sering pula hilang samasekali. Misalnya: Apa kabar!!
(iii) Teriakan: pendek, singkat dan bersifat ekspresif, tidak mengharapkan respon atau jawaban tertentu. Dipakai untuk menyatakan perasan yang kuat dan dalam seperti kesakitan, kejutan dan sebagainya. Contoh: aduh!!
Kelompok 2:
(i) judul: terdiri lebih dari satu kata maka pada umumnya menuruti peraturan struktur frase dengan pengarang termasuk sebagai agentif. Dalam membacanya struktur tersebut diucapkan dengan sebuah pola intonasi akhir tunggal.
(ii) Motto: terdiri lebih dsri satu kata memperlihatkan struktur frasa yang teratur. Contoh: Hidup mulia atau mati syahid!!
(iii) Inkripsi: kalau dibatasi pada struktur frasa seperti juga halnya ‘toast’ lisan maka seringkali dimulai dengan buat, kepada, keharibaan, kepangkalan, bagi, demi yang bermakna ‘dipersembahkan kepada’ dan diikuti oleh nominal. Contoh: Buat Pak Beye yang terhormat.
B. Struktur Istimewa
(i) Metabahasa: bahasa mengenai bahasa. Dalam pemakaian bahasa seperti ini, beberapa bentuk bahasa menjadi pokok pembicaraan sehingga kehilangan fungsinya yang asli.
(ii) Bahasa singkat: menghilangkan sejumlah kata tugas dengan tujuan menghemat penulisan biasanya untuk penulisan judul dan pesan singkat.
7. Berdasarkan posisinya dalam percakapan
7.1 Kalimat situasi: kalimat yang memulai suatu percakapan. Dapat juga mengikuti panggilan, salam, seruan, atau jawaban yang berbentuk tetap terhadap salah satu dari ketiganya itu. Contoh: Selamat siang!
7.2 Kalimat urutan: kalimat yang menyambung atau meneruskan suatu pembicaraan tanpa pergantian pembicara. Contoh:
Kemarin saya pergi mengunjungi nenek (kalimat situasi)
Dia sangat gembira melihat saya (kalimat urutan)
7.3 Kalimat jawaban: kalimat yang menyambung atau meneruskan suatu pembicaraan dengan pergantian pembicara. Contoh: apa kabar? Kabar baik!
8. Berdasarkan konteks dan jawaban yang diberikan
8.1 Kalimat salam: suatu formula tetap yang dipergunakan pada pertemuan atau perpisahan menimbulkan suatu balasan atau jawaban yang tetap yang sering merupakan ulangan dari salam tersebut.
8.2 Kalimat panggilan: kalimat pendek yang ditujukan untuk mendapat perhatian dan menimbulkan jawaban yang beraneka ragam, umumnya berupa pertanyaan singkat.
8.3 Kalimat seruan: kalimat pendek yang biasanya berpola tetap dengan intonasi tertentu, timbul dari beberapa kejadian yang tidak diduga dalam konteks linguistk atau nonlinguistik.
8.4 Kalimat pertanyaan: kalimat yang menimbulkan suatu jawaban linguistik.
8.5 Kalimat permohonan: kalimat yang menagih respon berupa perbuatan yang dapat pula diiringi oleh respon linguistik tertentu.
8.6 Kalimat pernyataan: kalimat yang menuntut respon linguistik atau nonlinguistik yang disebut tanda perhatian.

Demikian pembahasan mengenai jenis-jenis kalimat berdasarkan hal yang menjadi dasar pembagiannya. Adapun sumber rujukan mengenai jenis-jenis kalimat ini diambil dari buku karya Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa.

Semoga kita bisa lebih memahami jenis kalimat yang ada dalam bahasa Indonesia. Untuk lebih mencintai bahasa dan bangsa Indonesia.

Posting Komentar untuk "Klasifikasi, Pengertian, dan Jenis-Jenis Kalimat"