(Mungkin) Inilah Alasan Hamzah Fansuri Menulis 'Syair Perahu'
Syair
Perahu adalah salah satu karya Syaikh Hamzah Fansuri yang fenomenal. Syair
Perahu dikenal oleh pelajar dan orang Indonesia berabad-abad setelah zamannya.
Padahal sebelumnya, karya-karya Hamzah Fansuri tidak boleh dibaca atau
dipelajari, bahkan diberangus oleh ulama kerajaan selaku penguasa. Hal
ini karena berkaitan dengan urusan politik kekuasaan.
Hamzah Fansuri juga disebut Hamzah al-Fansur, adalah ulama
sufi yang hidup di Abad 16 di Tanah Barus, alias Fansur. Al-Fansuri merujuk
pada tanah kelahirannya, Tanah Fansur. Sebagai seorang sufi, Hamzah
Fansuri juga merupakan sekaligus seorang penyair yang membawa gaya baru
kepenyairan nusantara. Bahkan gubahan syair Hamzah Fansuri yang sangat kuat
mampu memengaruhi karya-karya penyair setelahnya.
Sebagai seorang ulama, penyair, pada abad 16, Hamzah Fansuri
sudah belajar ilmu agama Islam hingga ke Makah. Pada masa itu, alat
transportasi yang bisa digunakan adalah perahu. Perahu juga menjadi alat
transportasi perdagangan utama yang menghubungkan pulau-pulau nusantara. Maka
dari itu, budaya perahu sangat dekat dengan kehidupan masyarakat nusantara
kala itu.
Selain dekat dengan seluruh lapisan masyarakat, khususnya
kota Barus, yang menjadi kota pelabuhan besar. Tamsil perahu juga bisa
menggambarkan dengan tepat keadaan hidup manusia.
Perahu adalah alat pengangkut, yang bisa membawa manusia ke
arah tujuan yang diinginkan. Maka perahu tepat mewakili kehidupan manusia yang
seharusnya memang memiliki tujuan.
Perahu juga membawa makna ketahanan dan kesabaran.
Khususnya ketika menghadapi gelombang dan badai yang tidak bisa bersahabat.
Perahu akan tetap selamat jika nakhoda bisa membawa perahu dengan baik. Sama
halnya dengan manusia, dalam kehidupan pasti ada saja ujian dan cobaan. Akan
tetapi jika si manusia tersebut bisa menghadapi cobaan dengan tepat, dia akan
tetap sampai ke tujuan dengan selamat.
Perahu juga identik nilai ketuhanan, khususnya dalam Kisah
Nabi Nuh A.S. Perahulah yang bisa menyelamatkan kaum Nabi Nuh yang beriman atas
izin Tuhan. Nabi Nuh A.S mengajak seluruh kaumnya yang beriman menaiki perahu
yang ada di tengah bukit, sebelum banjir besar melanda seluruh dunia. Jadi,
sekali lagi perahu sangat dekat dengan ajaran agama Islam. Hal ini berkaitan
erat pula dengan posisi Syaikh Hamzah Fansuri yang juga merupakan imam tarekat
Islam.
Dari
penjelasan di atas, sudah tepatlah Syaikh Hamzah Fansuri menggunakan kata Perahu
sebagai tamsil atau perumpaan dalam syairnya. Perumpamaan yang sangat sesuai
dengan lingkungannya. Di zaman itu, alat angkut yang bisa menempuh jarak sangat jauh bahkan
mengelilingi dunia adalah perahu.
Alat
angkut terbesar untuk segala macam kegiatan (baik berdagang maupun berperang)
adalah perahu. Lingkungan nusantara yang Kepulauan dan daya jelajahnya yang
melintasi benua, juga pasti berkaitan dengan perahu.
Perahu
adalah wujud ilmu pengetahuan. Tentu saja, tanpa ilmu pengetahuan tentang kayu
dan teknik membuat perahu, tentu perahu tidak akan jadi. Tanpa ilmu pengetahuan
tentang laut, angin, dan rasi bintang, tentu tidak akan mampu mengemudikan dan
menjalankan perahu sesuai arah tujuannya.
Jadi,
perahu benar-benar tamsil atau perumpaan yang sangat tepat untuk menggambarkan
kehidupan manusia. Sehingga yang paling mungkin untuk menulis penggambaran dan
pengajaran terhadap manusia adalah dengan menggunakan perahu. Dalam
bentuk Syair Perahu oleh Syaikh Hamzah Fansuri.
Terlebih,
di zaman hidup Syaikh Hamzah Fansuri, perahu adalah teknologi paling canggih
yang sudah diciptakan. Jika saja, sudah ditemukan pesawat terbang, sangat
mungkin juga beliau menggunakan tamsil pesawat terbang dalam syairnya.
Wallahua’lam bishshawab.
Posting Komentar untuk "(Mungkin) Inilah Alasan Hamzah Fansuri Menulis 'Syair Perahu'"
Komentar bisa berupa saran, kritik, dan tanggapan. :)