Kerajaan Sadeng | Kerajaan yang Pernah Eksis di Wilayah Kabupaten Jember - Penjelasan Lengkap dan Komprehensif
Berikut ini adalah penjelasan lengkap tentang kerajaan Sadeng yang ada di Jember. Baik lokasi, bukti sejarah, serta hubungannya dengan kerajaan Majapahit. Kerajaan yang pernah didukung dan akhirnya juga menghakiri eksistensi Kerajaan Sadeng.
Kerajaan Sadeng sekaligus menjadi bukti bahwa Wilayah Kabupaten Jember tidak 'dibuka' atau dibabat alasnya oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Wilayah ini sudah ada sejak zaman Majapahit, sudah dihuni oleh manusia bahkan pernah eksis kerajaan yang bahkan berani menantang kerajaan Wilwatikta, salah satu kerajaan terkuat di zamannya.
Bukan sebuah kerajaan yang kecil. Dan inilah catatan lengkap tentang kerajaan sadeng yang diambil dan diolah dari berbagai sumber.
Ilustrasi Perang Majapahit melawan Sadeng - Versi Majapahit disebut 'Pasadeng' Versi Modern Lokal Jember disebut: Sadeng Pralaya Yudha | Gambar dihasilkan AI |
I. Pendahuluan : Gambaran Umum Kerajaan Sadeng dan Relevansinya dalam Upaya Pengungkapannya
Kerajaan Sadeng merupakan sebuah entitas sejarah yang
memiliki signifikansi penting di Jawa Timur pada masa lampau, meskipun
keberadaannya seringkali kurang dikenal secara luas dibandingkan dengan
kerajaan-kerajaan besar seperti Majapahit. Wilayah Kabupaten Jember, Jawa
Timur, menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang kejayaan masa lalu Sadeng
yang masih diingat dan dihormati hingga hari ini. Kedudukannya sebagai salah
satu pemasok lumbung pangan utama bagi Majapahit menunjukkan peran ekonomi yang
vital dalam jaringan kerajaan Nusantara pada masanya.
Peristiwa Perang Sadeng, yang juga dikenal sebagai
Pasadeng, pada tahun 1331 Masehi, merupakan titik krusial yang tidak hanya
menandai keruntuhan Kerajaan Sadeng, tetapi juga memiliki dampak substansial
terhadap dinamika politik internal Majapahit, khususnya dalam memengaruhi
perjalanan karier Gajah Mada. Meskipun literatur sejarah formal mengenai Sadeng
tergolong minim dan cenderung hanya menyoroti aspek pemberontakannya , upaya
penggalian sejarahnya terus dilakukan. Ini termasuk melalui historiografi
lokal, seperti "Babad Bumi Sadeng," dan ekspresi seni budaya
kontemporer, seperti drama dan tari, yang berupaya merekonstruksi dan
melestarikan narasi tentang kerajaan ini.
Tujuan dari laporan ini
adalah untuk menyajikan penjelasan komprehensif mengenai Kerajaan Sadeng.
Laporan ini akan mencakup aspek geografis, hubungan politiknya, peristiwa
penting yang terjadi, potensi sosial-ekonomi, serta sumber-sumber sejarah yang
menjadi dasar pengetahuan kita. Selain itu, laporan ini akan menggali dan
menyoroti signifikansi Kerajaan Sadeng dalam konteks sejarah Jawa kuno,
khususnya hubungannya dengan Majapahit, serta mengidentifikasi celah informasi
untuk merekomendasikan arah penelitian lebih lanjut guna memperkaya pemahaman
tentang kerajaan yang terlupakan ini.
II. Geografi dan Keberadaan Awal Kerajaan Sadeng di Kabupaten Jember
Kerajaan Sadeng diyakini berlokasi di wilayah Kabupaten
Jember, Jawa Timur. Ibu kota kerajaan ini secara luas dipercaya terletak di
wilayah Puger, Jember. Secara administratif, Desa Grenden di Kecamatan Puger,
Kabupaten Jember, disebutkan sebagai lokasi di mana Kerajaan Sadeng pernah
berdiri di masa lalu. Lebih lanjut, di sekitar Puger, khususnya di Desa
Kasiyan, terdapat dusun bernama Sadengan, yang diyakini sebagai sisa-sisa nama
Kerajaan Sadeng yang masih terwarisi hingga kini. Wilayah kekuasaan Sadeng
diperkirakan mencakup area yang kini menjadi Kabupaten Jember dan Bondowoso.
Beberapa sumber juga mengindikasikan bahwa lokasi
peperangan Sadeng mungkin berada di tepi Sungai Bedadung di Kabupaten Lumajang,
serta Keta di pantai utara Jawa Timur, yang pada saat itu telah masuk dalam
wilayah Majapahit. Hal ini menunjukkan cakupan pengaruh atau wilayah konflik
yang lebih luas dibandingkan dengan pusat kerajaan itu sendiri. Wilayah Jember
selatan, tempat Sadeng berada, pada masa kolonial dikenal sebagai "Java
Oosthoek," yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Jawa Timur.
Kerajaan Sadeng memiliki peran ekonomi yang sangat
menonjol sebagai "lumbung pangan". Wilayahnya diberkahi dengan
potensi sumber daya alam yang lengkap. Sadeng bahkan disebut secara spesifik
mensuplai kebutuhan pangan Kerajaan Majapahit, yang merupakan kerajaan besar
pada masanya. Bersama dengan Keta dan Lamajang (Lumajang), Sadeng juga berperan
penting sebagai bandar dagang dan pemasok stok pangan bagi Majapahit.
Penempatan Kerajaan Sadeng
secara konsisten di wilayah Jember, khususnya Puger, dan deskripsinya sebagai
"lumbung pangan" dengan potensi sumber daya alam yang lengkap, serta
kemampuannya untuk melancarkan pemberontakan yang signifikan dengan
"pasukan gajah" yang hebat, menunjukkan bahwa lokasi geografis Sadeng
bukan sekadar tempat berdirinya sebuah kerajaan. Sebaliknya, wilayah ini
merupakan aset ekonomi dan strategis yang sangat vital. Kekayaan sumber daya
alamnya, terutama sebagai pemasok pangan, memberikan Sadeng posisi tawar dan
kekuatan yang tidak dapat diremehkan oleh Majapahit. Oleh karena itu, konflik
antara Sadeng dan Majapahit, meskipun dipicu oleh dendam atas kematian Nambi,
kemungkinan besar juga memiliki dimensi perebutan kendali atas sumber daya dan
wilayah strategis ini. Kemampuan Sadeng untuk memberontak dan memiliki kekuatan
militer yang signifikan menunjukkan bahwa mereka adalah entitas yang kuat dan
mandiri secara ekonomi, bukan semata-mata wilayah bawahan yang pasif. Hal ini
mengubah narasi dari sekadar "pemberontakan" menjadi potensi
pertarungan untuk hegemoni regional atas wilayah yang kaya.
III. Hubungan Sadeng dengan Majapahit: Konflik dan
Konsekuensi Sesama Kerajaan Merdeka dan Setara dalam Berdaulat
Hubungan antara Kerajaan Sadeng dan Majapahit didominasi
oleh peristiwa konflik besar yang dikenal sebagai Perang Sadeng atau Pasadeng,
yang terjadi pada tahun 1331 Masehi. Pemberontakan Sadeng ini merupakan aksi
pembalasan atas kematian Nambi. Nambi adalah rakryan patih pertama Majapahit yang diangkat oleh Raden Wijaya,
pendiri kerajaan. Kematian Nambi terjadi di Lamajang pada tahun 1316 Masehi,
sekitar 15 tahun sebelum pemberontakan Sadeng dan Keta. Nambi, bersama
Ranggalawe dan Lembu Sora, menjadi korban fitnah Dyah Halayuda, yang juga
dikenal sebagai Mahapati, sepupu Raden Wijaya yang mengincar posisi rakryan patih. Kematian Nambi, yang
dikepung oleh tiga komandan perang Majapahit—Jabung Tarewes, Lembu Peteng, dan
Ikal-Ikalan Bang—meninggalkan kepahitan mendalam di kalangan rakyat Sadeng dan
Keta.
Rakyat Sadeng dan Keta
menyimpan dendam mendalam terhadap Majapahit karena Nambi memiliki peran
penting dalam mengangkat status mereka menjadi prajurit elit dalam pasukan
Majapahit. Insiden yang disebut sebagai pemberontakan Nambi ini juga
menyebabkan jatuhnya Lamajang, yang memiliki koneksi erat dengan Sadeng dan
Keta. Selama lebih dari satu dekade, orang-orang Sadeng dan Keta memendam
kemarahan mereka, menunggu saat yang tepat untuk membalas dendam. Momen ini
tiba pada masa pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi (1328-1350 M). Angkatan
perang Sadeng dikenal hebat karena diperkuat oleh pasukan gajah. Sadeng adalah
wilayah yang berani memberontak dan telah memperhitungkan kekuatan Majapahit
yang saat itu telah menjadi kerajaan besar, menunjukkan bahwa Sadeng bukanlah
wilayah dengan kekuatan kecil.
Peran Tokoh Kunci dalam Perang Sadeng saat Melawan ke Kerjaan Majapahit
Beberapa tokoh kunci memainkan peran sentral dalam
Perang Sadeng:
●
Tribhuwana Tunggadewi: Sebagai penguasa Majapahit saat itu, ia
memahami gejolak di Sadeng dan Keta. Awalnya, ia berharap dapat menyelesaikan
masalah ini secara damai, mengingat bahwa rakyat Sadeng dan Keta pernah menjadi
bagian dari perjuangan Majapahit. Namun, untuk mencegah konflik antara Gajah
Mada dan Ra Kembar yang memanas, Tribhuwana Tunggadewi akhirnya memimpin
langsung pasukan Majapahit untuk menumpas pemberontakan.
●
Gajah Mada: Pada saat itu, Gajah Mada belum menjabat sebagai mahapatih. Ia dikirim untuk mencoba misi
rekonsiliasi dengan Sadeng dan Keta, tetapi rencananya terganggu oleh tindakan
Ra Kembar. Meskipun demikian, ia memiliki peran penting dalam upaya memadamkan
perlawanan ini. Peristiwa pemberontakan Sadeng secara signifikan membuka jalan
bagi Gajah Mada untuk naik menjadi pejabat penting di Kerajaan Majapahit.
●
Ra Kembar: Seorang perwira tinggi Majapahit yang dianggap sebagai
rival Gajah Mada. Ia telah mengepung Sadeng dan Keta sebelum Gajah Mada tiba
dengan misi damainya, dengan keyakinan bahwa Sadeng dan Keta harus dihancurkan
karena berani memisahkan diri dari otoritas Majapahit. Jabung Tarewes, Lembu
Peteng, dan Ikal-Ikalan Bang, yang sebelumnya mengkhianati Nambi, adalah
bawahan dari Ra Kembar.
●
Wirota Wiragati: Pemimpin Sadeng yang disebutkan sebagai salah satu
komandan perang Majapahit yang terpercaya sebelumnya, yang kemudian memimpin
perlawanan Sadeng.
Dampak dan Akhir Kerajaan Sadeng Pasca Perang Sadeng (Pralaya Yudha)
Kerajaan Sadeng runtuh sebagai akibat langsung dari
Perang Sadeng (Pasadeng) pada tahun 1331 Masehi. Penumpasan pemberontakan ini
memiliki konsekuensi besar bagi Majapahit. Peristiwa ini membuka jalan bagi
Gajah Mada untuk menduduki posisi prestisius sebagai mahapatih Kerajaan Majapahit. Setelah Perang Sadeng, Aria Tadah (Pu
Krewes), patih amangkubhumi saat itu,
merasa dirinya tidak lagi tepat untuk memangku jabatan tersebut dan mengajukan
permohonan untuk dibebaskan dari tugasnya, yang dikabulkan pada tahun 1334
Masehi. Posisi yang kosong ini kemudian diisi oleh Gajah Mada. Konon, pada
upacara pelantikannya, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang terkenal itu.
Perang Sadeng menandai momentum perubahan besar di
Kerajaan Majapahit, terutama dalam hal penggantian Aria Tadah oleh Gajah Mada.
Meskipun signifikan, pemberontakan Sadeng tidak dianggap sebagai penyebab utama
keruntuhan Majapahit. Keruntuhan Majapahit lebih disebabkan oleh perang saudara
yang terjadi kemudian, seperti Perang Paregreg pada tahun 1404 Masehi, yang
melemahkan kendali atas negara-negara bawahan dan menandai kemunduran bertahap
kerajaan.
Perang Sadeng, meskipun merupakan konflik yang terjadi
antara Majapahit dan Sadeng, secara fundamental berfungsi sebagai katalisator
untuk restrukturisasi politik internal di Majapahit. Konflik yang terjadi bukan
hanya antara dua entitas kerajaan, tetapi juga mencerminkan dan pada akhirnya
menyelesaikan ketegangan kekuasaan di dalam lingkaran istana Majapahit,
terutama antara Gajah Mada dan Ra Kembar, serta pengunduran diri Aria Tadah.
Peristiwa ini mengkonsolidasikan kekuasaan Gajah Mada, memungkinkannya untuk
meluncurkan program politiknya yang ambisius untuk menyatukan Nusantara. Dengan
demikian, Perang Sadeng, alih-alih melemahkan Majapahit secara permanen, justru
memperkuat struktur pemerintahannya di bawah kepemimpinan baru yang lebih kuat,
setidaknya untuk periode berikutnya, membedakannya dari konflik internal yang
kemudian benar-benar menyebabkan kemunduran Majapahit.
Kemampuan Sadeng untuk melancarkan pemberontakan yang
signifikan dan mempertahankan kekuatan militernya menunjukkan bahwa Sadeng
bukanlah entitas bawahan yang lemah atau pasif. Sadeng berani memberontak
melawan Majapahit yang saat itu "telah menjadi kerajaan yang besar",
dan pasukannya dikenal "hebat" serta diperkuat oleh "pasukan
gajah". Rakyat Sadeng dan Keta telah menyimpan kemarahan selama lebih dari
satu dekade dan melakukan perekrutan warga sipil secara ekstensif untuk menjadi
tentara. Hal ini menunjukkan bahwa Sadeng memiliki kekuatan militer dan
kapasitas mobilisasi yang cukup besar untuk menjadi ancaman serius bagi
Majapahit. Ini menyiratkan bahwa keputusan Sadeng untuk memberontak didasarkan
pada perhitungan strategis dan keyakinan akan kekuatan mereka sendiri, bukan
hanya emosi balas dendam. Hal ini menantang narasi yang mungkin terlalu
menyederhanakan Sadeng sebagai sekadar "pemberontak", melainkan
sebagai kekuatan regional yang signifikan yang mampu menantang hegemoni
Majapahit, bahkan memaksa Tribhuwana Tunggadewi untuk turun tangan langsung.
Tabel 1:
Kronologi Perang Sadeng dan Dampaknya (1331 M)
Tahun/Periode |
Peristiwa Penting |
Tokoh Terlibat |
Dampak Utama |
1316 M |
Kematian Nambi di Lamajang akibat fitnah Mahapati dan
pengkhianatan komandan Majapahit. |
Nambi, Dyah Halayuda (Mahapati), Jabung Tarewes, Lembu
Peteng, Ikal-Ikalan Bang |
Meninggalkan kepahitan mendalam dan dendam di kalangan
rakyat Sadeng dan Keta. |
1331 M |
Pemberontakan Sadeng dan Keta melawan Majapahit
sebagai aksi pembalasan atas kematian Nambi. |
Tribhuwana Tunggadewi, Gajah Mada, Ra Kembar, Wirota
Wiragati |
Runtuhnya Kerajaan Sadeng; Perang Sadeng menjadi
katalisator perubahan di Majapahit. |
1331 M |
Misi damai Gajah Mada terganggu oleh pengepungan Ra
Kembar. Tribhuwana Tunggadewi memimpin langsung pasukan Majapahit. |
Gajah Mada, Ra Kembar, Tribhuwana Tunggadewi |
Mengakhiri pemberontakan; Gajah Mada menunjukkan
potensinya. |
1334 M |
Pengunduran diri Aria Tadah sebagai patih amangkubhumi. |
Aria Tadah (Pu Krewes) |
Jabatan mahapatih
Majapahit menjadi kosong. |
1334 M |
Pengangkatan Gajah Mada sebagai mahapatih Majapahit, konon disertai Sumpah Palapa. |
Gajah Mada, Tribhuwana Tunggadewi |
Konsolidasi kekuasaan Gajah Mada; Awal dari program
penyatuan Nusantara. |
IV. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Kerajaan Sadeng
Informasi langsung mengenai struktur sosial Kerajaan
Sadeng secara spesifik memang minim dalam catatan sejarah yang tersedia. Namun,
disebutkan bahwa wilayah Sadeng memiliki "struktur masyarakat dan
pemerintahan yang berpotensi sebagai pesaing dan ancaman bagi Majapahit".
Pernyataan ini mengindikasikan bahwa Sadeng memiliki organisasi sosial dan
politik yang cukup mapan dan kuat, bukan sekadar komunitas terpencil tanpa
struktur. Kemampuan Sadeng untuk merekrut warga sipil secara ekstensif menjadi
tentara untuk menghadapi Majapahit menunjukkan adanya sistem sosial yang
terorganisir dengan baik dan tingkat loyalitas yang kuat terhadap kepemimpinan
mereka, seperti Wirota Wiragati, pemimpin Sadeng yang disebutkan sebagai mantan
komandan perang Majapahit yang terpercaya. Jika dibandingkan dengan struktur
sosial Majapahit yang terbagi dalam golongan brahmana, ksatria, waisya, dan
sudra, serta hierarki pejabat seperti rakryan
mahamantri dan patih amangkubhumi
, dapat diasumsikan bahwa Sadeng, sebagai sebuah kerajaan, juga memiliki
lapisan masyarakat dan birokrasi, meskipun mungkin dalam skala yang lebih
kecil.
Aspek ekonomi utama yang paling menonjol dan
terdokumentasi mengenai Kerajaan Sadeng adalah perannya sebagai "lumbung
pangan" yang memiliki "potensi sumber daya alam yang lengkap".
Hal ini menunjukkan bahwa basis ekonomi Sadeng sangat kuat di sektor agraris.
Kemampuannya untuk mensuplai kebutuhan pangan Majapahit menegaskan
produktivitas pertaniannya yang tinggi dan kapasitas ekonominya yang
signifikan.
Meskipun literatur sejarah formal tentang aspek budaya
Sadeng secara spesifik terbatas , keberadaan "Drama Kolosal Kerajaan
Sadeng" dan "Tari Perang Sadeng" yang ditampilkan dalam
acara-acara publik di Jember menunjukkan bahwa kisah Sadeng, khususnya
perangnya dengan Majapahit, telah menjadi bagian integral dari warisan budaya
lokal. Pertunjukan drama kolosal "SADENG PRALAYA YUDHA 1331" bukan
hanya hiburan, tetapi juga sarana untuk mengajarkan nilai-nilai penting seperti
persatuan dan kesatuan, serta pengorbanan para ksatria yang membela tanah air.
Adaptasi kisah ini ke dalam bentuk seni modern menunjukkan upaya masyarakat
untuk menjaga memori kolektif dan identitas sejarah mereka. Tidak ada informasi
spesifik mengenai sistem kepercayaan atau praktik budaya lain yang unik bagi
Kerajaan Sadeng dalam data yang tersedia, selain konteks umum Hindu-Buddha yang
lazim pada masa Majapahit.
Kesenjangan antara minimnya
catatan sejarah formal dan kuatnya ekspresi budaya kontemporer menunjukkan
bahwa sejarah Sadeng, meskipun tidak banyak diabadikan dalam teks-teks kuno
yang dominan, telah hidup dan diwariskan melalui tradisi lisan dan seni
pertunjukan lokal. Fakta bahwa masyarakat Jember terus mementaskan drama dan
tarian yang menggambarkan Perang Sadeng, bahkan menggunakannya sebagai media
untuk mengajarkan nilai-nilai patriotisme, menandakan bahwa memori kolektif
masyarakat setempat sangat kuat terkait dengan identitas sejarah Sadeng. Ini
menyoroti pentingnya pendekatan multidisiplin dalam studi sejarah, di mana seni
pertunjukan dan tradisi lisan dapat menjadi sumber informasi dan interpretasi
yang berharga, melengkapi atau bahkan mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh
sumber-sumber tertulis. Hal ini juga menunjukkan bagaimana masyarakat modern
mengkonstruksi dan mempertahankan identitas historis mereka, bahkan untuk
kerajaan yang telah lama runtuh.
V. Sumber Sejarah dan Temuan Arkeologi
Pengetahuan kita tentang
Kerajaan Sadeng sebagian besar direkonstruksi dari berbagai sumber sejarah,
baik yang tertulis maupun temuan arkeologi.
Sumber Tertulis Utama
●
Kitab Pararaton: Kitab ini mencatat peristiwa pemberontakan Sadeng
pada tahun 1331 Masehi. Pararaton ditulis sekitar akhir abad ke-15 dan meskipun
lebih banyak menceritakan tentang Ken Arok, pendiri Kerajaan Singhasari, ia
juga memuat bagian-bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit dan
peristiwa-peristiwa penting di dalamnya.
●
Kitab Negarakertagama: Kitab ini juga mencatat keberadaan Kerajaan
Sadeng, memberikan bukti sejarah yang kuat tentang kehadirannya. Ditulis oleh
Mpu Prapanca pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk,
Negarakertagama adalah sumber utama untuk pengetahuan sejarah dan kebudayaan
Majapahit dari abad ke-14.
●
Catatan Peneliti Hindia Belanda: Keberadaan Kerajaan Sadeng telah
didokumentasikan secara parsial oleh beberapa peneliti pada masa Hindia
Belanda, seperti Berg, Kern, dan N.J. Krom. Kontribusi mereka memberikan
perspektif awal dari sudut pandang ilmiah kolonial.
●
Historiografi Lokal: "Babad Bumi Sadeng: Mozaik Historiografi
Jember Era Paleolitikum Hingga Imperium" oleh Zainollah Ahmad merupakan
sumber kajian tertulis yang menggambarkan perihal Kerajaan Sadeng dari
perspektif lokal dan modern. Karya ini berupaya mengisi celah informasi yang
ditinggalkan oleh sumber-sumber kuno.
Temuan Arkeologi di Wilayah Jember dan Sekitarnya
Meskipun belum ada temuan arkeologi yang secara
eksplisit mengidentifikasi pusat Kerajaan Sadeng secara definitif, beberapa
indikasi dan petilasan ditemukan di wilayah Jember dan sekitarnya:
●
Di sekitar Puger, khususnya
di Kecamatan Gumukmas, terdapat petilasan dari Majapahit berupa bangunan batu
bata. Keberadaan ini mendukung kemungkinan bahwa Puger adalah lokasi pusat
Sadeng, mengingat hubungannya dengan Majapahit.
●
Adanya Dusun Sadengan di
Desa Kasiyan, Kecamatan Puger, dan Gunung Sadengan di Puger, diperkirakan
sebagai sisa-sisa nama Kerajaan Sadeng yang masih terwarisi secara toponimi.
●
Penemuan arca Buddha
Amarawati dan arca perak di Jember pada masa klasik awal merupakan
"teka-teki besar bagi para sejarawan dunia," mengindikasikan adanya
peradaban purba di wilayah tersebut, meskipun tidak secara langsung terkait
dengan Kerajaan Sadeng.
●
Prasasti Batu Gong di
Jember juga merupakan peninggalan sejarah Majapahit, menunjukkan pengaruh
Majapahit yang kuat di wilayah tersebut. Penelitian arkeologi terus dilakukan
untuk merekam data prasasti dan mengungkap sejarah masa lampau Jawa Timur,
termasuk daerah-daerah seperti Jember.
Analisis Sejarawan dan Interpretasi Modern Terhadap Eksistensi Kerajaan Sadeng
Sejarawan dan peneliti modern secara umum
menginterpretasikan pemberontakan Sadeng sebagai aksi pembalasan atas kematian
Nambi. Peran Gajah Mada dalam memadamkan perlawanan ini dan kemudian diangkat
menjadi Mahapatih adalah fokus utama analisis. Terdapat diskusi mengenai lokasi
pasti Sadeng, dengan beberapa sumber menyebut Jember/Puger dan lainnya menyebut
Lumajang sebagai lokasi peperangan. Namun, konsensus kuat menunjuk Puger,
Jember, sebagai pusatnya.
Penting untuk mengklarifikasi bahwa tokoh "Pangeran
Puger" yang sering disebut dalam sejarah, seperti putra Panembahan
Senopati atau Sunan Amangkurat I yang kemudian menjadi Pakubuwono I, adalah
tokoh-tokoh dari Kesultanan Mataram Islam pada abad ke-17 dan ke-18. Meskipun
gelar "Puger" mungkin memiliki asal-usul dari Kerajaan Sadeng kuno ,
kedua sosok Pangeran Puger tersebut hidup jauh setelah runtuhnya Kerajaan
Sadeng pada abad ke-14. Ini adalah potensi kesalahpahaman kronologis yang perlu
diluruskan dalam pemahaman sejarah.
Rekonstruksi sejarah Kerajaan Sadeng menghadapi
tantangan signifikan karena keterbatasan dan fragmentasi sumber. Sebagian besar
informasi yang tersedia berasal dari catatan kerajaan penakluk, yaitu
Majapahit, yang cenderung fokus pada interaksi konflik dan dampaknya terhadap
Majapahit, bukan pada Sadeng itu sendiri. Literatur yang secara khusus membahas
Sadeng "tergolong minim" dan "terkesan minor". Meskipun
temuan arkeologi di Jember mengindikasikan keberadaan peradaban kuno dan pengaruh
Majapahit, mereka tidak secara langsung memberikan detail spesifik tentang
struktur internal atau kehidupan sehari-hari Sadeng. Keberadaan "Babad
Bumi Sadeng" menunjukkan upaya historiografi lokal yang berpotensi mengisi
beberapa celah. Keterbatasan ini menekankan perlunya penelitian interdisipliner
yang lebih mendalam, menggabungkan arkeologi, analisis filologis terhadap
teks-teks lokal, dan bahkan studi etnohistori tentang tradisi lisan dan budaya
setempat untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh. Keterbatasan ini juga menyoroti
bagaimana narasi sejarah seringkali dibentuk oleh perspektif pihak yang
dominan.
Terdapat juga fenomena menarik dalam evolusi
interpretasi sejarah dan memori lokal. Adanya tokoh "Pangeran Puger"
yang terkenal dari Mataram Islam (abad ke-17 hingga ke-18 M) dan klaim bahwa
gelar "Puger" ini memiliki "sejarah yang kaya terkait dengan
Kerajaan Sadeng kuno" , sementara Kerajaan Sadeng sendiri runtuh pada
tahun 1331 M, menunjukkan adanya diskoneksi kronologis yang signifikan. Ini mengindikasikan
bagaimana nama tempat atau gelar dari masa lalu dapat diadaptasi atau
dihubungkan secara anachronistik dengan tokoh-tokoh di periode yang jauh lebih
kemudian, menciptakan lapisan interpretasi sejarah. Fenomena ini menyoroti
bagaimana memori kolektif dan narasi lokal dapat berkembang dan beradaptasi
seiring waktu, seringkali menggabungkan elemen-elemen dari periode yang berbeda
untuk menciptakan kontinuitas atau makna baru. Untuk studi sejarah, ini berarti
pentingnya membedakan antara fakta historis yang didukung bukti kuat dan
interpretasi atau asosiasi yang berkembang di kemudian hari, sekaligus mengakui
nilai dari memori lokal tersebut sebagai bagian dari warisan budaya.
Tabel 2: Sumber
Sejarah Utama Kerajaan Sadeng di Kabupaten Jember
Nama Sumber |
Jenis Sumber |
Informasi Kunci yang Disediakan |
Kitab Pararaton |
Kitab Sastra Sejarah (Jawa Kuno) |
Mencatat peristiwa pemberontakan Sadeng pada 1331 M;
fokus pada Majapahit dan tokoh-tokoh pentingnya. |
Kitab Negarakertagama |
Kitab Sastra Sejarah (Jawa Kuno) |
Mencatat keberadaan Kerajaan Sadeng sebagai entitas
historis; fokus pada Majapahit di masa Hayam Wuruk. |
Catatan Peneliti Hindia Belanda (Berg, Kern, N.J.
Krom) |
Catatan Ilmiah Kolonial |
Dokumentasi parsial keberadaan Kerajaan Sadeng dari
perspektif awal penelitian sejarah. |
Babad Bumi Sadeng: Mozaik Historiografi Jember Era
Paleolitikum Hingga Imperium |
Historiografi Lokal/Modern |
Menggambarkan perihal Kerajaan Sadeng dari perspektif
lokal; upaya rekonstruksi sejarah Jember. |
VI. Kesimpulan dan Rekomendasi
Kerajaan Sadeng adalah sebuah entitas politik yang
signifikan di Jawa Timur pada abad ke-14, dengan pusat kekuasaan di Puger,
Kabupaten Jember. Perannya sebagai lumbung pangan vital bagi Majapahit
menegaskan posisi ekonominya yang strategis dan penting dalam jaringan
regional. Perang Sadeng pada tahun 1331 Masehi, yang dipicu oleh dendam atas
kematian Nambi, tidak hanya menjadi titik akhir bagi Kerajaan Sadeng tetapi
juga merupakan titik balik krusial bagi Majapahit, yang secara langsung
mengantarkan Gajah Mada ke posisi Mahapatih. Konflik ini, alih-alih sekadar
pemberontakan, menjadi katalisator restrukturisasi politik internal Majapahit
dan menunjukkan resiliensi serta perhitungan strategis Kerajaan Sadeng yang
mampu menjadi ancaman serius bagi hegemoni Majapahit.
Meskipun catatan formal
mengenai Sadeng terbatas dan cenderung berpusat pada perspektif Majapahit,
Sadeng memiliki kekuatan militer yang signifikan dan warisan budaya yang terus
hidup melalui seni pertunjukan lokal. Sejarahnya direkonstruksi dari sumber-sumber
seperti Pararaton, Negarakertagama, catatan peneliti kolonial, dan
historiografi lokal. Tantangan dalam merekonstruksi sejarah Sadeng secara
komprehensif terletak pada fragmentasi dan keterbatasan sumber, yang seringkali
hanya menyajikan gambaran parsial. Selain itu, terdapat evolusi interpretasi
sejarah dan memori lokal, seperti asosiasi anachronistik antara Kerajaan Sadeng
kuno dan tokoh Pangeran Puger dari era Mataram Islam, yang menunjukkan
bagaimana narasi sejarah dapat berkembang dan beradaptasi seiring waktu.
Rekomendasi untuk Penelitian dan Pelestarian Lebih
Lanjut tentang Kerajaan Sadeng
Untuk memperkaya pemahaman kita tentang Kerajaan Sadeng
dan memastikan pelestarian warisan sejarahnya, beberapa rekomendasi dapat
diajukan:
●
Penelitian Arkeologi Intensif: Mendorong penelitian arkeologi yang
lebih mendalam dan sistematis di wilayah Jember dan sekitarnya, khususnya di
area yang diyakini sebagai pusat Sadeng dan lokasi pertempuran. Tujuannya
adalah untuk mencari bukti fisik yang lebih konkret mengenai struktur kerajaan,
kehidupan sehari-hari, dan peninggalan budaya yang mungkin belum terungkap.
●
Penggalian Historiografi Lokal dan Tradisi Lisan: Melakukan studi
yang lebih mendalam terhadap historiografi lokal, seperti "Babad Bumi
Sadeng," dan mengumpulkan serta menganalisis tradisi lisan yang mungkin
menyimpan detail-detail tentang kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya Sadeng
yang tidak tercatat dalam sumber-sumber formal. Pendekatan etnohistori dapat
sangat berharga dalam konteks ini.
●
Dukungan untuk Seni Pertunjukan dan Budaya Lokal: Mendukung upaya
pelestarian dan pengembangan seni pertunjukan, seperti drama kolosal dan tari,
yang mengangkat kisah Sadeng. Ini penting tidak hanya sebagai bentuk ekspresi
budaya tetapi juga sebagai sarana edukasi dan transmisi sejarah kepada generasi
mendatang.
●
Peningkatan Kesadaran Publik: Meningkatkan kesadaran publik tentang
pentingnya Kerajaan Sadeng dalam sejarah Jawa Timur dan Nusantara melalui
program-program edukasi, pameran, dan publikasi yang mudah diakses. Hal ini
akan membantu mengintegrasikan narasi Sadeng ke dalam pemahaman sejarah
nasional yang lebih luas.
●
Studi Interdisipliner: Mendorong kolaborasi antara sejarawan,
arkeolog, antropolog, dan seniman untuk melakukan studi interdisipliner yang
dapat menyatukan berbagai jenis data dan perspektif, guna menghasilkan gambaran
yang lebih utuh dan nuansa tentang Kerajaan Sadeng.
Sumber-sumber bacaan:
1. Menggali Jejak Sejarah: Pangeran Puger dan Asal-Usul
Gelar ..., https://jatimtimes.com/baca/311579/20240507/105900/menggali-jejak-sejarah-pangeran-puger-dan-asal-usul-gelar-kebangsawanan-dari-kerajaan-sadeng
2. Kerajaan Sadeng, Kekayaan Sejarah Jatim yang
Terlupakan, https://www.barometerjatim.com/news-3201-kerajaan-sadeng-kekayaan-sejarah-jatim-yang-terlupakan
3. Sejarah Perjalanan Kabupaten Jember, Ternyata Ada
..., https://radarjember.jawapos.com/jember/794819785/sejarah-perjalanan-kabupaten-jember-ternyata-ada-hubungannya-dengan-majapahit-kok-bisa
4. Pemberontakan Sadeng vs Majapahit: Dendam Sejarah
Kematian ..., https://tirto.id/pemberontakan-sadeng-vs-majapahit-dendam-sejarah-kematian-nambi-gaC4
5. Gempa Bumi Tandai Perang Sadeng dan Pengangkatan
Gajah ..., https://nasional.okezone.com/read/2025/05/24/337/3141548/gempa-bumi-tandai-perang-sadeng-dan-pengangkatan-gajah-mada-jadi-mahapatih-majapahitnbsp
6. Drama Kerajaan Sadeng meriahkan upacara penurunan
bendera di Jember - ANTARA News Jawa Timur, https://jatim.antaranews.com/berita/724899/drama-kerajaan-sadeng-meriahkan-upacara-penurunan-bendera-di-jember
7. Begini Sejarah Tari Perang Sadeng yang Akan Tampil di
Karnaval Budaya Jember Nusantara - Media Berita Bangsa - Beritabangsa.id, https://beritabangsa.id/2023/09/08/begini-sejarah-tari-perang-sadeng-yang-akan-tampil-di-karnaval-budaya-jember-nusantara/
8. Seniman Jember Ini Ceritakan Perang Sadeng Lewat
Lukisan Trilogi Sadeng, https://radarjember.jawapos.com/jember/793024468/seniman-jember-ini-ceritakan-perang-sadeng-lewat-lukisan-trilogi-sadeng
9. Babad bumi sadeng : Mozaik historiografi jember era
paleolitikum hingga imperium / Zainollah Ahmad; penyunting, Bayu Widyatmoko |
Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kota Yogyakarta, https://opacperpustakaan.jogjakota.go.id/inlislite3/opac/detail-opac?id=48835
10. Jual Buku "BABAD BUMI SADENG" Mozaik
Historiografi Jember Era Paleolitikum Hingga Imperium | Shopee Indonesia, https://shopee.co.id/Buku-BABAD-BUMI-SADENG-Mozaik-Historiografi-Jember-Era-Paleolitikum-Hingga-Imperium-i.464377092.22287381425
11. Bumi Sadeng (Reinterpretasi Narasi Historis Dalam
Penciptaan Karya Seni Lukis), https://repository.ub.ac.id/id/eprint/196726/
12. Pemerintah Diminta Ikut Urun Rembug Menggali Sejarah
Kerajaan Sadeng | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat, https://www.bangsaonline.com/berita/56883/pemerintah-diminta-ikut-urun-rembug-menggali-sejarah-kerajaan-sadeng
13. Desa Grenden - PPID Desa Kabupaten Jember, https://ppid-desa.jemberkab.go.id/desa/grenden
14. Sadang/ Sadeng Kebumen Kunci Pembuka Persemayaman
Terakhir Gajah Mada, https://kebumen2013.com/sadang-sadeng-kebumen-kunci-pembuka-persemayaman-terakhir-gajah-mada/
15. Sejarah Hidup Jayanagara: Ironi Raja Majapahit yang
Paling Dibenci - Tirto.id, https://tirto.id/sejarah-hidup-jayanagara-ironi-raja-majapahit-yang-paling-dibenci-gbRo
16. Identitas Masa Lalu Kabupaten Jember dan Bondowoso
Berpusat di Puger - petisi.co, https://petisi.co/identitas-masa-lalu-kabupaten-jember-dan-bondowoso-berpusat-di-puger/
17. Kerajaan Sadeng Khazanah Kekayaan Sejarah Jawa Timur
- rmoljatim, https://www.rmoljatim.id/kerajaan-sadeng-khazanah-kekayaan-sejarah-jawa-timur
18. INFORMASI RAHASIA DARI DARATAN SEBERANG | MAJAPAHIT
VS KETA SADENG 7, https://www.youtube.com/watch?v=jGYEfyNOZT4
19. Sejarah Singkat Panjer Kebumen Dulu Kadipaten Kuno, https://perpusda.kebumenkab.go.id/index.php/web/post/1671/sejarah-singkat-panjer-kebumen-dulu-kadipaten-kuno
20. Kisah Hidup Gajah Mada: Pemberontakan Sadeng Pembuka
Jalan Jadi Pejabat Majapahit, https://daerah.sindonews.com/read/1353517/29/kisah-hidup-gajah-mada-pemberontakan-sadeng-pembuka-jalan-jadi-pejabat-majapahit-1712185456
21. Pemberontakan Sadeng Jadi Penanda Gajah Mada Naik
Tahta hingga Jadi Pejabat Penting Majapahit - Okezone.com, https://nasional.okezone.com/read/2024/04/04/337/2992265/pemberontakan-sadeng-jadi-penanda-gajah-mada-naik-tahta-hingga-jadi-pejabat-penting-majapahit
22. Gempa Bumi Tandai Perang Sadeng dan Pengangkatan
Gajah Mada Jadi Mahapatih Majapahit - PAGE ALL : Okezone Nasional, https://nasional.okezone.com/read/2025/05/24/337/3141548/gempa-bumi-tandai-perang-sadeng-dan-pengangkatan-gajah-mada-jadi-mahapatih-majapahitnbsp?page=all
23. Telah dijawab:Runtuhnya Kerajaan Majapahit
disebabkan oleh, https://www.gauthmath.com/solution/1831268784496658/5-Runtuhnya-Kerajaan-Majapahit-disebabkan-oleh-peristiwa-a-pemberontakan-Sadeng-
24. Mengenal Perang Saudara di Majapahit, Penyebab
hingga Dampak yang Ditimbulkan, https://bobo.grid.id/read/083750242/mengenal-perang-saudara-di-majapahit-penyebab-hingga-dampak-yang-ditimbulkan?page=all
25. Majapahit - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas, https://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit
26. SEJARAH KELAS 11 - KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN
MAJAPAHIT, https://www.slideshare.net/slideshow/sejarah-kelas-11-kehidupan-sosial-budaya-kerajaan-majapahit/147233224
27. (PDF) Sejarah Sosial Politik Kerajaan Majapahit -
ResearchGate, https://www.researchgate.net/publication/372458562_Sejarah_Sosial_Politik_Kerajaan_Majapahit
28. Meran dalam Struktur Birokrasi di Majapahit - am
masyarakat berie Dy - Neliti, https://media.neliti.com/media/publications/12116-ID-bangsawan-jawa-dalam-struktur-birokrasi-di-majapahit.pdf
29. PENDIDIKAN SEJARAH DAN PERJUANGAN BANGSA MUSEUM
BENTENG YOGYAKARTA.pdf - Repositori, https://repositori.kemdikbud.go.id/29658/2/PENDIDIKAN%20SEJARAH%20DAN%20PERJUANGAN%20BANGSA%20MUSEUM%20BENTENG%20YOGYAKARTA.pdf
30. Drama Kolosal "SADENG PRALAYA YUDHA 1331"
- PPID Kab. Jember, https://ppid.jemberkab.go.id/berita-ppid/detail/drama-kolosal-sadeng-pralaya-yudha-1331
31. STUDI VISUAL ZAMAN KERAJAAN MAJAPAHIT PERIODE
PEMERINTAHAN HAYAM WURUK (1350, https://jim.unindra.ac.id/index.php/vhdkv/article/download/6457/pdf
32. BAB II SEJARAH MAJAPAHIT A. Berdirinya Majapahit
Telah cukup jelas kakawin Nagarakertagama (Sejarah Pembentukan Negara), http://digilib.uinsa.ac.id/2395/4/Bab%202.pdf
33. Teritorial Majapahit Dalam Negarakertagama - SMK N 1
Warureja, https://www.smknegeri1warureja.sch.id/teritorial-majapahit-dalam-negarakertagama/
34. Prasasti Batu Gong, Peninggalan Sejarah Kerajaan
Majapahit di Jember, https://smanurisjember.net/article/446/prasasti-batu-gong-peninggalan-sejarah-kerajaan-majapahit-di-jember
35. BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI - Repositori Kemdikbud, https://repositori.kemdikbud.go.id/3439/1/Berita%20Penelitian%20Arkeologi%20No.47..pdf
36. Pakubuwana I - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, https://id.wikipedia.org/wiki/Pakubuwana_I
Posting Komentar untuk "Kerajaan Sadeng | Kerajaan yang Pernah Eksis di Wilayah Kabupaten Jember - Penjelasan Lengkap dan Komprehensif"
Komentar bisa berupa saran, kritik, dan tanggapan. :)