Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Dasar Perayaan Valentine dan Logika Berpikir Kita

Valentine menjadi kata yang identik dengan cinta. Katanya, Valentine adalah tokoh (pastur / uskup/ bahkan ada yang mengatakan santo alias orang suci) agama Katolik yang memperjuangkan cinta dan kasih sayang.
Jika istilah hoax sudah ada dan ngetren sejak dulu, maka kisah Valentine yang akhirnya menjadi perayaan ini bisa dianggap hoax yang sukses. Perayaan ini menyebar hampir ke seluruh pelosok bumi. Bahkan beberapa negara sampai sibuk melarang perayaannya. Di belahan bumi lain, orang sibuk memperingati dan mempromosikannya.
Di Indonesia, ada pihak yang pro ada pula yang anti. Mereka (kedua pihak ini) berusaha dengan segala daya dan upaya untuk membuktikan bahwa pendapatnya yang paling benar. Ada pula pihak lain, pihak yang tidak peduli dengan itu semua.
Yang pro perayaan Valentine seharusnya tidak percaya begitu saja. Sebenarnya, para pelaku perayaan Valentine tidak pernah tahu bahkan tidak pernah peduli, dasar pelaksanaannya.
Bahkan umat Katolik pun tidak resmi mengakui bahwa Valentine sebagai perayaan resmi agama. Hal ini karena asal usul dari perayaan Valentine tidak punya dasar yang kuat. Hanya didasarkan pada legenda yang tidak tercatat dalam catatan sejarah.
Sementara bangsa yang lain, asal mengikuti. Penganut agama lain, juga asal mengikuti.
Mengapa itu bisa terjadi? Pertama tema yang diangkat adalah tema universal, yaitu cinta dan kasih sayang. Semua orang, di seluruh dunia, pasti memiliki cinta.
Kedua, karena ada kepentingan bisnis. Perayaan Valentine telah dijadikan momentum untuk meningkatkan penjualan produk yang diidentikkan dengan itu.
Produk yang berkaitan dengan itu antara lain coklat, bunga, kartu ucapan, bahkan kondom.
Coklat identik dengan Hari Valentine karena sering dijadikan kado bagi orang yang disayangi. Maka produsen coklat berkepentingan dengan ini.
Lalu apa boleh merayakan Valentine? Mungkin boleh. Mungkin juga tidak. Kalau disebut itu perayaan Katolik ya bukan juga. Tidak diakui kok dalam kalender perayaan resmi Katolik.
Yang dilarang itu wujud ekspresi perayaannya. Mau diisi dengan kegiatan apa? Jika perayaan Valentine diisi dengan kegiatan menanam pohon di lahan gersang apa itu tidak boleh?

Posting Komentar untuk "Dasar Perayaan Valentine dan Logika Berpikir Kita"