Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Layangan Toncak | Layang-Layang Besar dari Sudut Bahasa dan Budaya

Sekarang di kampung saya sedang musim layang-layang. Bukan hanya anak kecil yang main layang-layang. Orang besar-besar pun main layang-layang. Layang-layang yang diterbangkan juga besar. Besar ukurannya, besar juga biaya pembuatannya.


Di musim kemarau ini, layang-layang tidak hanya diterbangkan siang hari. Melainkan juga sore hingga malam hari. Bahkan banyak yang baru diturunkan pukul 22.00. Bayangkan Jam sepuluh malam.

Sejak magrib, terlihat nun juah di atas langit kampung kami lampu warna-warni. Ada yang hijau, biru, kuning, merah, bergerak ke sana ke mari. Lampu-lampu itu dilekatkan pada layang-layang. Setiap harinya ada puluhan layangan yang diterbangkan di sekitar kampung.

Saya menyebutnyanya layangan Toncak. Layang-layang yang ada pita sehingga berbunyi wangg wengg... di bagian yang disebut sawangan.

Nama Toncak

Nama toncak adalah nama yang berasal dari bahasa Madura. Kampung sebelah memang penutur Madura mayoritas. Di dusun saya, yang mayoritas Jawa, akhirnya juga menyebutnya layangan toncak juga.

Toncak berasal dari kata to' ancak alias bunto' ancak. Secara harfiah, bunto' artinya ekor dan ancak artinya persegi empat. Karena memang bentuk awalnya sebuah layangan dengan sawangan ini adalah ekor persegi.

Kalau pernah nonton kartun Upin-Ipin episode tentang layang-layang alias wau pasti tahu bentuknya. Layang-layang toncak ini terdiri dari bagian sayap di bagian atas, dan bagian hiasan di bawahnya.

Dalam perkembangannya meskipun tidak berbentuk ancak alias persegi, layangan ini tetap dinamakan layangan toncak. Bentuk yang umum digunakan untuk menggantikan bentuk ancak adalah bentuk burung, bentuk bulan sabit, bentuk bulan bintang, bentuk kepala banteng. Juga ada bentuk-bentuk lain yang unik. Bahkan ada yang dibentuk menyerupai lambang negara, garuda.

Layang-layang debang bentuk ekor menyerupai burung elang.


Layang-layang Wau, layang-laang yang memang banya ditemukan dalam tradisi melayu. Diangkat dalam serial kartun Upin-Ipin yang diterbangkan Tok Dalang.

Layang-layang Toncak dengan beentuk yang pailing sederhana.

Layang-Layang dan Teknologi

Seperti yang telah disinggung di awal. Layang-layang memanglah permainan tradisional, tapi selalu berkembang. Saat ini, layang-layang tidak hanyak diterbangkan siang hari. Bisa juga -bahkan banyak- yang diterbangkan pada malam hari.

Agar tetap terlihat dan bisa dijadikan hiburan, layang-layang yang diterbangkan malam hari dipasangi lampu LED warna warni hampri di seluruh bagian layang-layang.

Bukan tidak mungkin ke depan teknologi yang lebih canggih juga bisa diletakkan di layang-layang. Misalnya dipasangi kamera pemantau, sehingga bisa melihat dari ketinggian menggantikan drone, misalnya.

Atau layang-layang juga bisa dipasangi lampu sorot yang bisa memunculkan bentuk hologram atau 3 dimensi sehingga bisa menampilkan gambar yang lebih fantastis.

Apakah mungkin? bukankah dulu yang dianggap tidak mungkin sekarang menjadi mungkin. Siapa tahu.

Posting Komentar untuk "Layangan Toncak | Layang-Layang Besar dari Sudut Bahasa dan Budaya"