Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Baritan di Etan Kanal Desa Pontang Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember | Sebuah Ritual Tradisi

 Sebagai lingkungan dengan budaya Pandhalungan, Jember memiliki berbagai macam kegiatan tradisi yang bertahan di masyarakatnya. Sebagai bagian dari masyarakat Jawa warga Jember acap kali melakukan tradisi selametan/kenduren di lingkungan masing-masing. 


Menjadi unik karena diselenggaran di tempat, waktu, dan cara yang tidak seperti kebanyakan lain. Salah satunya yang dilaksanakan di lingkungan Etan Kanal  Desa Pontang Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. 


Tiap malem jemuah legi (malam Jumat Manis) di bulan Suro (Muharram) masyarakat etan kanal mengadakan tradisi Baritan. Memang Baritan tidak hanya ada di Pontang Etan Kanal. Berdasarkan informasi dari https://petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id/, tradisi baritan terdapat di lingkungan agraris. Istilah ini mengacu pada bahasa Jawa. Intinya selametan. Ada pula yang menyebut sedekah bumi.

Ambeng ditata di tengah jalan saat Baritan di Pontang  Etan Kanal


Memang, kebanyakan warga Etan Kanal Pontang --seperti halnya kebanyakan warga Jember bagian selatan-- adalah penutur bahasa Jawa. Dimungkinkan ada kemiripan kegiatan dan istilahnya. Namun, Baritan di Pontang Etan Kanal tetap memiliki kekhasan.


Baritan di Pontang Etan Kanal dilakukan oleh warga setiap malam jumat manis pada bulan Suro. Tapi, pelaksanaan Baritan ini tidak dilakukan pada malam hari. Melainkan pada sore hari. Para anak senja, mungkin bisa sesekali menikmati senja sambil ber-baritan-ria. Agar tak hanya melewati senja dengan puisi. Tapi juga tradisi.


Kegiatan Baritan di Pontang Etan Kanal ini digelar di jalan dusun. Di perempatan yang paling strategis setelah jamaah salat asar. Seperti kebanyakan lingkungan agraris di selatan Jember. Azan asar biasanya dilakukan setelah pukul 16.00, biasanya menunggu para pekerja di sawah laut/pulang. Nah setelah azan (dan salat) asar warga akan berkumpul di perempatan.


Berkumpulnya warga ini ditandai dengan titir dari kentongan Singo Muncul -nama Pos Kamling di lingkungan tersebut. Setelah mendengar bunyi kentongan yang ditabuh dengan ritme titir, warga akan berdatangan sambil membawa ambeng dan berkatan.


Tahun ini, masih banyak warga yang membuat ancak -wadah nasi berkat berbentu segi empat yang terbuat dari pelapah daun pisang dengan bilah bambu sebagai pengunci sekaligus tatakan tengahnya. Ancak ini sebagai pengganti nampan. Berkat dengan alas daun pisang dan penutup daun pisang ini diletakkan di jalan tanah. Berjajar dengan jarak sekitar 1 meter. Sekaligus 'fisikaldistensing'. 


Tanpa ada alas atau tikar untuk duduk. Hampir semua warga yang ikut duduk 'medongkrong' di sepanjang jalan. Kecuali beberapa orang yang sudah sepuh. Sambil membawa kursi dan dingklik. Tinggi rendahnya kedudukan ini tidak mengacu pada tinggi rendahnya jabatan. Kebetulan saja ada yang bermasalah dengan kesehatan atau berat badan.


Baca Juga: Nilai Positif dalam 'Jemuah Legian'


Setelah semua warga berkumpul, dan sudah ada di sekitar lokasi, maka sesepuh warga membacakan tawassul tapi dalam bahasa Jawa. Istilah jawanya diujubne. Kemudian dilanjutkan membaca doa. Sesepuh memimpin doa ini melalui pengeras suara. Itu pun baru tahun ini menggunakan pengeras. Tahun sebelumnya tidak. Setelah itu ambeng dimakan bersama-sama.  Acara berlangsung tak lama. Sebelum azan magrib berkumandang. Acara sudah selesai.

Warga Pontang Etan Kanal Makan Ambeng Bersama di Akhir Baritan
foto: M. Irfan-Pontang


Kegiatan itu murni inisiatif para warga dengan dipimpin oleh pinisepuh lingkungan. Semua berjalan dalam kondisi semarak dan sukarela seluruh warga. Warga sangat berkesan dengan kegiatan tersebut. Sekaligus menjadi pendidikan bagi anak-anak dan generasi muda. Semua guyup rukun melestarikan tradisi. 


Bagaimana tradisi Suroan di lingkunganmu?

Posting Komentar untuk "Baritan di Etan Kanal Desa Pontang Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember | Sebuah Ritual Tradisi"