Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Cerpen si Miskin | Mengubah Hikayat Menjadi Cerpen

Cerpen Hikayat si Miskin | Mengubah Hikayat Menjadi Cerpen

Hikayat adalah sebuah jenis karya sastra Melayu lama. Ceritanya panjang dengan bahasa Melayu klasik yang bersayap. Salah satu hikayat yang terkenal adalah Hikayat si Miskin. Berikut ini adalah cerpen yang berasal dari cerita Hikayat si Miskin.

Cerpen: Si Miskin

Di sebuah Kerajaan besar yang dipimpin oleh Maharaja Indera Dewa. Di Kerajaan tersebut hidup sepasang suami istri yang sangat miskin. Dengan keadaan compang-camping, sepasang suami istri miskin ini mendekat ke istana, saat Maharaja Indera Dewa sedang mengadakan pertemuan dengan para pembesar kerjaan lainnya. Kedatangan kedua orang miskin ini menimbulkan keributan.

Mendengar keributan di luar istana, Raja Indera Dewa memerintahkan untuk mengusir pasangan miskin tersebut. Keduanya diusir sampai ke tepi hutan.

Di hutan itulah keduanya hidup, untuk makan mereka mengais sisa-sisa sampah makanan. Jika haus, mereka minum dari perasan tebu liar di hutan. Pernah suatu ketika keduanya mendekat ke pasar. Bukannya mendapat pertolongan malah dipukuli dan diusir kembali ke hutan. Si suami terluka parah, diobati sampai sembuh. Sejak saat itu, keduanya tidak pernah keluar dari hutan.

Sampai suat ketika, si istri hamil. Anehnya justru mengidam buah yang ada di taman istana Raja Indera Dewa. Suaminya mengingatkan, “tidakkah kau ingat, istriku. Saat kita mendekat ke istana raja, bukannya dikasihani justru kita dipukuli dan diusir. Sekarang justru minta makanan dari taman raja. Aku harus bagaimana?”

Karena rengekan istrinya, si suami akhirnya tetap berangkat. Di perjalanan, bukannya meminta ke taman istana raja, dia punya ide untuk meminta kepada pedagang di pasar.

“Wahai tuan pedagang, berilah aku buah mempelam yang sudah dibuang itu. Bolehkah aku memintanya?”

“itu sudah busuk, mau kau buat apa lelaki miskin?”

“Istriku sedang hamil, dan dia ngidam mempelam. Tentu tak punya uang aku membeli. Sementara untuk mencuri tentu lebih tidak berani.”

Mendengar kisah itu, pedagang justru memberinya buah mempelam yang lebih baik karena tersentuh hatinya. Bahan pedagang lain juga memberikan aneka makanan dan pakaian yang lebih layak. Dengan senang hati si suami pulang. Sementara sampai di rumah, bukannya senang si istri justru meronta. Karena yang diinginkan adalah mempelam dari taman Raja Indera Dewa.

Terpaksalah si suami miskin kembali ke Kerajaan. Dengan bersujud penuh ke tanah, dia memohon kepada Raja Indera Dewa untuk meminta daun pohon mempelam dari taman istana.

“Hendak kau buat apa daun mempelam itu?” Raja bertanya.

“Istri saya sedang hamil, dia ngidam untuk memakan itu wahai Raja.” Jawab si Miskin.

Mendengar kisah itu, raja memerintahkan pengawal untuk memberikan setangkai penuh buah mempelam kepada si miskin. Setiba di rumahnya, istrinya sangat bahagia.

Berselang tiga bulan, si istri justru mengidam lagi. Kali ini dia menginginkan buah nangka dari taman istana raja. Kembali suami meminta daun nangka. Namun karena raja sudah mengetahui kisahnya, maka si miskin diberi buah nangka yang banyak dan yang terbaik. Si istri tentu sangat bahagia menerimanya. Setelah itu, tak henti-hentinya mendapatkan rezeki. Ada yang mengirimkan beras, pakaian, makanan, hingga si jabang bayi lahir. Maka anak yang lahir itu diberi nama Markaromah. Bayi lelaki yang sangat tampan.

Setelah memiliki anak, si miskin hendak membuatkan rumah yang lebih layak untuk keluarganya. Ketika menggali tanah, cangkulnya menghantam peti kayu. Setelah dibuka, ternyata isinya adalah kepingan emas yang sangat banyak.

“Alhamdulillah, beginilah Allah kalau sudah memberikan rezeki, datang dari berbagai macam cara. Rezeki ini tidak akan habis dimakan sampai anak cucu kita nanti.”

 **

Demikian cerpen si Miskin yang disadur dari Hikayat si Miskin. Pelajaran yang bisa kita adalah, tetaplah sabar dan jangan mencuri meski dalam keadaan kesulitan. Buah kesabaran itu akan diberikan balasan yang terbaik oleh Tuhan.

Bandingkan dengan yang masih dalam bentuk Hikayat. Dalam teks Hikayat. Hikayat si Miskin dengan teks dan bahasa yang panjang. Bersayap-sayap dan memakai bahasa Melayu yang cenderung sulit dipahami oleh penutur bahasa Indonesia masa kini:

Hikayat si Miskin

Ini hikayat ceritera orang dahulu kala sekali peristiwa Allah Swt menunjukkan kekayaan-Nya. Kepada hamba-Nya. Maka adalah seorang miskin laki bini berjalan mencari rizkinya berkeliling negara antah-berantah. Adapun nama raja di dalam negara itu Maharaja Indera Dewa. Namanya terlalu amat besar Kerajaan baginda itu. Beberapa raja-raja di tanah Dewa itu takluk kepada baginda dan mengantar upeti kepada baginda pada setiap tahun.

Hatta, maka pada suat hari baginda sedang ramai dihadapi oleh segala raja=raja, menteri, hulubalang, rakyat sekalian di penghadapannya. Maka si Miskin itupun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh orang banyak, si Miskin laki bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing rupanya. Maka orang banyak itupun ramailah ia tertawa seraya mengambil kayu dan batu. Maka dilemparilah akan si miskin itu kena tubuhnya habis bengkak-bengkak dan berdarah. Maka segala tubuhnya pun berlumpur dengan darah. Maka orang pun gemparlah. Maka titah baginda, “apakah yang gempar di luar itu?” Sembah segala raja-raja itu “Ya tuanku Syah Alam, orang melempar si Miskin tuanku”. Maka titah baginda, “Suruh usir jauh-jauh!”. Maka diusir oranglah akan si Miskin hingga sampailah ke tepi hutan. Maka orang banyak itupun kembalilah. Maka haripun malamlah. Segala raja-raja dan menteri, hulubalang rakyat sekalian itupun masing-masing pulang ke rumahnya.

Adapun akan si Miskin itu apabila malam iapun tidurlah di dalam hutan itu. Setelah siang hari maka iapun pergi berjalan masuk ke dalam negeri mencari riskinya. Maka apabila sampailah dekat kepada kampung orang. Apabila orang yang empunya kampung itu melihat akan dia. Maka diusirlah dengan kayu. Maka si Miskin itu pun larilah tunggang langgang, tubuhnya habis berlumur dengan darah. Maka menangislah ia berseru-seru sepanjang jalan itu dengan tersengat alap dahaganya seperti akan matilah rasanya. Maka ia pun bertemu dengan tempat orang membuangkan sampah-sampah. Maka berhentilah ia di sana. Maka dicaharinyalah di dalam sampah yang tertimbun itu barang yang boleh dimakan. Maka didapatinyalah ketupat yang sudah basi dibuangkan oleh orang pasar itu dengan buku tebu lalu dimakannya ketupat yang sebiji itu laki bini. Setelah sudah dimakannya ketupat itu maka barulah dimakan buku tebu itu. Maka adalah segar sedikit rasanya tubuhnya karena beberapa lamanya tiada merasai nasi.

Hendak mati rasanya. Ia hendak meminta ke rumah orang takut. Jangankan diberi orang barang sesuatu , hampir kepada rumah orang itu pun tiada boleh. Demikianlah si miskin itu sehari-hari.

Hatta, maka haripun petanglah. Maka si Miskin pun berjalanlah masuk ke dalam hutan tempatnya sediakala itu. Di sanalah ia tidur. Maka disapunyalah darah-darah yang di tubuhnya tiada boleh keluar karena darah itu sudah kering. Maka si Miskin itupun tidurlah dalam hutan itu. Setlah pagi-pagi hari maka berkatalah si Miskin kepada isterinya,  “Ya tuanku, matilah rasaku ini. Sangatlah sakit rasanya tubuhku ini. Maka tiadalah berdaya lagi hancurlah rasanya anggotaku ini.” Maka iapun tersedu-sedu menangis. Maka terlalu belas rasa hati isterinya melihat laku suaminya demikian itu. Maka iapun menangis pula seraya mengambil daun kayu lalu dimamahnya.  Maka disapukannyalah seluruh tubuh suaminya sambil ia berkata, “Diamlah,  tuan jangan menangis.”

Maka selaku ini adapun akan si miskin itu aslinya daripada raja keinderaan. Aka kena sumpah Batara Indera maka jadilah ia demikian itu. Maka adalah suaminya itu pun segarlah sedikit tubuhnya. Setelah itu maka suaminya pun masuk ke dalam hutan mencari ambat yang muda yang patut dimakannya. Maka dibawanyalah kepada isterinya. Maka demikianlah laki bini.

Hatta beberapa lamanya maka misteri si Miskin itupun hamillah tiga bulan lamanya. Maka isterinya menangis hendak makan buah mempelam yang ada di dalam taman raja itu. Maka suaminya itupun terketukkan hatinya tatkala ia di Keinderaan menjadi raja tiada ia mau beranak. Maka sekarang telah mudhorot. Maka baharulah hendak beranak seraya berkata kepada isterinya, “Ayo, hai Adinda. Tuan hendak membunuh kakandalah rupanya ini. Tiadakah tuan tahu akan hal kita yang sudah lalu itu? Jangankan hendak meminta barang suat, hampir kepada kampung orang tiada boleh.”

Setelah didengar oleh isterinya kata suaminya demikian itu, maka makinlah sangat ia menangi. Maka kata suaminya, “Diamlah tuan, jangan menangis! Berilah kakanda pergi mencaharikan tuan buah mempelam itu, jikalau dapat oleh kakanda akan buah mempelam itu kakanda berikan pada tuan.”

Maka isterinya itu pun diamlah. Maka suaminya itu pun pergilah ke pasar mencahari buah mempelam itu. Setelah sampai di orang berjualan buah mempelam, maka si Miskin itu pun berhentilah di sana. Hendak pun dimintanya takut ia akan dipalu orang.  Maka kata orang yang berjualan buah mempelam, “Hai miskin. Apa kehendakmu?”

Maka sahut si Miskin, jikalau ada belas ada kasihan serat rahim tuan akan hamba orang miskin hamba ini minta diberikan yang sudah terbuang itu. Hamba hendak memohonkan buah mempelam tuan yang sudah busuk itu barang sebiji sahaja tuan.”

Maka terlalu belas hati sekalian orang pasar itu mendengar kata si Miskin. Seperti hancurlah rasa hatinya. Maka ada yang memberi buah mempelam, ada yang memberikan nasi, ada yang memberikan kain baju, ada yang memberikan buah-buahan. Maka si Miskin itu pun heranlah akan dirinya oleh sebab diberi orang pasar itu berbagai-bagai jenis pemberian. Adapun akan dahulunya jangankan diberinya barang suat hampir pun tiada boleh. Habislah dilemparnya dengan kayu dan batu. Setelah sudah ia berpikir dalam hatinya demikian itu, maka ia pun kembalilah ke dalam hutan mendapatkan isterinya.

Maka katanya, “inilah tuan, buah mempelam dan segala buah-buahan dan makan-makanan dan kain baju. Itupun diinjakkannyalah isterinya saraya meceriterakan hal ihwalnya tatkala ia di pasar itu. Maka isterinya pun menangi tiada mau makan jikalau bukan buah mempelam yang di dalam taman raja itu. “Biarlah aku mati sekali.”

Maka terlalulah sebal hati suaminya itu melihatkan akan kelakuan isterinya itu seperti orang yang hendak mati. Rupanya tiadalah berdaya lagi. Maka suaminya itu pun pergilah menghadap Maharaja Indera Dewa itu. Maka baginda itupun sedang ramai dihadap oleh segala raja-raja. Maka si Miskin datanglah. Lalu masuk ke dalam sekali. Maka titah baginda, “Hai Miskin, apa kehendakmu?” Maka sahut si Miskin, “Ada juga tuanku. Lalu sujud kepalanya lalu diletakkannya ke tanah, “Ampun Tuanku, beribu-ribu ampun tuanku. Jikalau ada karenanya Syah Alam akan patuhlah hama  orang yang hina ini hendaklah memohonkan daun mempelam Syah Alam yang sudah gugur ke bumi itu barangkali tuanku.”

Maka titah baginda, “Hendak engkau buat apa daun mempelam itu?” Maka sembah si Miskin , “Hendak dimakan, Tuanku.” Maka titah baginda, “Ambilkanlah barang setangkai berikan kepada si Miskin ini.”

Maka diambilkan oranglah diberikan kepada si Miskin itu. Maka diambillah oleh si Miskin itu seraya menyembah kepada baginda itu. Lalu keluar ia berjalan kembali. Setelah itu maka baginda pun berangkatlah masuk ke dalam istananya. Maka segala raja-raja dan menteri hulubalang rakyat sekalian itupun masing-masing pulang ke rumahnya. Maka si Miskin itupun sampailah kepada tempatnya. Setelah dilihat oleh isterinya akan suaminya datang itu membawa buah mempelam setangkai. Maka ia tertawa-tawa. Seraya disambutnya lalu dimakannya.

Maka adalah antaranya iga bulan lamanya. Maka ia pun menangi pula hendak makan nangka di dalam taman raja itu juga. Maka si Miskin itu pun pergilah pula memohonkan kepada baginda itu.  Maka sujudlah pula ia kepada baginda. Maka titah baginda. “apa pula hendakmu hai Miskin?”

Maka sahut si Miskin, “Ya Tuanku, ampun beribu-ribu ampun.” Sahut ia sujud kepalanya lalu diletakkannya ke tanah. Sahut ia berkata pula, “Hamba ini orang yang miskin. Hamba minta daun nangka yang gugur ke bumi, barang sehelai.” Maka titah baginda, “Hai Miskin, hendak kau buatkan apa daun nangka? Baiklah aku beri buahan barang sebiji.” Maka diberikan kepada si Miskin itu. Maka ia pun sujud seraya bermohon kembali mendapatkan isterinya itu.

Maka ia pun sampailah. Setelah dilihat oleh isterinya itu suaminya datang itu, maka disambutnya buah nangka itu. Lalu dimakan oleh isterinya itu. Adapun selama isterinya si Miskin hamil maka banyaklah makan-makanan dan kain baju dan beras padi dan segala perkakas-perkakas itu diberi orang kepadanya.

Hatta maka dengan hal yang demikian itu maka genaplah bulannya. Maka pada ketika yang baik dan saat yang sempurna pada malam empat belas hari bulan. Maka bulan itu pun sedang terang. Maka pada ketika itu misteri si Miskin itu pun beranaklah seorang anak laki terlalu amat baik parasnya dan elok rupanya. Maka dinamainya akan anaknya itu Markaromah artinya anak di dalam kesukaran. Maka dipeliharakannyalah anaknya itu. Maka  terlalu amat kasih sayangnya akan anak itu. Tiada boleh bercerai barang seketika jua pun dengan anaknya Markaromah itu.

Hatta, maka dengan takdir Allah  Swt. Menganugerahi kepada hambanya. Maka si Miskin pun menggalilah tanah hendak berbuat tempatnya tiga beranak itu. Maka digalinyalah tanah itu hendak mendirikan tiang teratak itu. Maka tergalilah kepada sebuah telaju yang besar berisi emas terlalu banyak. Maka isterinya pun datanglah melihat akan emas itu. Seraya berkata kepada suaminya, “Adapun akan emas ini sampai kepada anak cucu kita sekalipun tiada habis dibuat belanja.”


Semoga bermanfaat.

 

Posting Komentar untuk "Cerpen si Miskin | Mengubah Hikayat Menjadi Cerpen"