Tahukah Kamu? Bahasa Asalnya Satu ini Bukti Sederhananya
Semalam, seperti malam-malam sebelumnya, setiap habis isya berkumpul di Kantor Madin Ponpes Assathoriyyah. Pembahasan tanggal kegiatan, lalu merembet ke celetukan: "Dulu bulan hanya ada sepuluh."
Kepala Madin yang memulai celetukan itu, "Desember asale teko Desem, artine kan sepuluh.". Memang benar adanya. Desem (Decem) memiliki arti 'sepuluh'. Jadi, Desember makna asalnya adalah 'Bulan Kesepuluh' dalam Kalender Julian.
Lalu pembahasan merambat lagi ke nama bulan lain, September. Artinya: bulan ketujuh.
Septe atau Septa memang artinya Tujuh. Dalam istilah Indonesia, pernah ada: Sapta Pesona yang artinya Tujuh Pesona Wisata Indonesia. Sapta juga diserap ke dalam Indonesia, mungkin juga Bahasa Jawa. Sepertinya berasal dari bahasa Sanskerta atau Kawi: sapta.
Saya menimpali, "Dalam bahasa Arab, serapan bunyi juga sama: Sabtu (السبت). Artinya hari ketujuh." awalnya peserta obrolan di Kantor Madin itu agak bingung. Apa hubungannya hari sabtu dengan tujuh. Gus Fauji, salah satu yang menimpali.
"Kok bisa sama, antara bahasa Jawa dan Bahasa Arab, Sabtu. Artine hari ketujuh?"
Jadi, yang dikembalikan pada sifat bahasa yang pada awalnya bukan tulisan, tapi bunyi. Kelahiran bahasa adalah dalam bentuk bunyi. Sementara ejaan dan tulisan adalah kode bunyi bahasa.
Bunyi:
Septa (entah huruf Yunaninya bagaimana)
Sapta (Bahasa Indonesia)
Sabtu (Indonesia)
السبت (Arab)
Settu (Jawa)
Settoh (Madura)
Sepertinya dalam bahasa Ibrani menjadi: sabath.
Bisa dikatakan bahwa 'sama bunyinya'. Minimal: 'mirip bunyi' cara melafalkannya. Kesemuanya tersebut memiliki makna yang saling berkaitan, meskipun tidak bisa diterjemahkan secara langsung. Bermakna 'tujuh'. Baik merujuk pada nama hari: hari ketujuh. Maupun tujuh sebagai bilangan.
Karena peserta obrolan di Kantor Madin itu rerata pembaca kitab kuning -kecuali saya, yang hanya penggembira obrolan, tentu mereka hafal terjemahan bahasa Arab. Begitu saya nyatakan, bahasa arabnya "Padi" sama dengan nama latinnya: oryza (oriza). Mereka melafalkan bahasa Arabnya: Arruzun (أرز) tentu bunyinya mirip: riz - ruz.
Cak Wahid, juga membandingkannya dalam bahasa Inggris: rice. Memang bunyinya mirip. Secara bunyi bahasa memang dekat.
Kang Syamhadi, peserta obrolan yang lain, juga menambahkan, "hanya adalam bahasa Jawa yang tidak sama: pari, gabah, sego.
Tapi peserta obrolan santai di sela pengisian rapor dan koreksi hasil ujian Madin Hidayatul Mubtadi'in ini, juga ada menyahut, "tapi ono: beras.".
Semakin melebar lagi, pembahasan bahwa Ras dalam kata beras pada dasarnya juga mirip dengan kata oryz, arruzun, rice, beras. Secara pelafalan tentu bunyinya sangat mirip. Meskipun harus beda loga dan huruf penulisan. Tapi pembacaan menjadi sama, semua.
Mungkin, kedua contoh tersebut: sapta dan ruz menjadi sedikit contoh bahwa bahasa pada mulanya hanya satu. Keudian semakin jauh terpisah, semakin jauh beda digunakan, semakin beda. Ada yang mirip.
Meskipun ada kata yang memang sudah tidak sama lagi, antara satu tempat dan tempat lain. Misalnya dalam bahasa Arab ada: mauzun (موز) yang artinya: pisang. Meskipun dalam bahasa latin, juga menjadi nama ilmiahnya, adalah: Musa. Kelompok pisang-pisangan.
Kang Syam menimpali, "bahasa Inggrise, banana." Memang sanga jauh. Pisang (Indonesia), Gedang (Jawa), dan Banana (Inggris). Memang tidak sama. Tetap saja ada yang berbeda. Tapi di antara perbedaaan-perbedaan itu, ada kesamaan yang seharusnya bisa menyatukan.
Oborlannya memang sudah selesai. Sepertinya malam-malam yang akan datang, akan tetap ada obrolan-obrolan berbobot lain di Madin yang ada di dalam Kompleks Pondok Pesantren Assathoriyyah tersebut. Andai saja direkam, mungkin akan menjadi podcast dan konten berisi. Yang tidak kalah berbobotnya dengan konten-konten di Youtube. Mungkin.
Posting Komentar untuk "Tahukah Kamu? Bahasa Asalnya Satu ini Bukti Sederhananya"
Komentar bisa berupa saran, kritik, dan tanggapan. :)