PUISI SETELAH PUISI SEBELUM | CONTOH PUISI SEDERHANA DENGAN REPITISI
Setelah sekian purnama tidak lagi membuka --apalagi menulisi-- blog pustamun.blogspot.com, akhirnya nginceng blog ini. Sangat sunyi, tak ada apa-apa yang baru. Setelah lebih dari setahun lalu, memosting tentang puisi Gus Mus (KH. Mustofa Bisri) Rembang yang berjudul: Apakah Kau Terlalu Bebal atau Aku Terlalu Peka.
Karena tidak ada apa-apa, gesert ke halaman facebook. Yang meskipun pemberitahuan alias notifikasi di email dan telepon genggam muncul hampir tiap hari, sama sekali tidak minat untuk membukanya. Entah kenapa di malam menjelang akhir Ramadan ini, tergelitik untuk menengok halaman facebook. Tak sengaja ada 'kenangan' dari facebook yang ditampilkan.
Tanggal 28 Maret 2013. Dua belas tahun yang lalu. Ternyata pernah posting di facebook tentang Puisi Sebelum.
Yang teks lengkap puisi tersebut begini:
SEBELUM
Sebelum kuning melengkung menjuntai
biarkan aku bermitra dengan kata
lukis tentang mata berselimut kaca
Sebelum janji sebut namaNya dan namanya
biarkan aku berdansa dengan doa
merapal nama dalam malammalam mantra
Sebelum senyum samasekali sirna
Selama sepotong masih terselip dalam lipatan bibirnya
biarkan aku bersekutu dengan waktu
menawar takdir yang akan lahir
Selama kalbu belum menutup kelambu
Izinkan aku bertamu, walau tak bertemu
biar kuukir tenang
tentang mata
berselimut kaca
Analisisi Puisi:
Contoh Puisi yang berjulud 'Puisi Sebelum' di atas memliki majas dan rima yang cukup menarik. Rima dan Majas yang terdapat dalam puisis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Majas Personifikasi
terdapat dalam susunana larik: lukis tentang mata berselimut kaca
Dalalam larik di atas terdapat mata yang berselimut. Seolah-olah mata adalah orang/person. Jadi disebut majas personifikasi.
Majas personifikasi juga terdapat pada larik: biarkan aku berdansa dengan doa
pada larik tersebut, doa seoalah bisa berdansa yang merupakan tindakan yang bisa dilakukan oleh manusia.
Pilihan Rima
Penggunaan rima yang menarik juga terdapat pada larik yang sama: biarkan aku berdansa dengan doa
Dalam puisi tersebut tidak digunakan kata menari meskipun semakna dengan berdansa. Karena dirangkai dengan: dengan doa. Menadi lebih indah karena ada perulangan bunyi /d/ dalam kata dansa, dengan, doa. Rima akhir dansa yang berakhiran /a/ menjadi lebih pas juga dengan kata doa.
Masih ada beberapa lagi kata yang mengandung rima yang cukup menarik dari Puisi tersebut. Ada yang perulangan bunyi vokal, ada yang menggunakan kata yang mirip.
Lalu, setelah ada Puisi Sebelum, jadi terpikir untuk membuat puisis setelah. Jadilah seperti ini:
Posting Komentar untuk "PUISI SETELAH PUISI SEBELUM | CONTOH PUISI SEDERHANA DENGAN REPITISI"
Komentar bisa berupa saran, kritik, dan tanggapan. :)