Peta Bahasa Sebaran Bahasa di Zaman Kolonial Belanda Tahun 1881 dan 1895
Bahasa di Pulau Jawa sudah menjadi fenomena yang menarik untuk dikaji, bahkan sejak era Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. Tentu kajian bahasa di Pulau Jawa, menjadi pembahasan bagi ahli-ahli bahasa di masa itu dalam kacamata Pemerintah Kolonial.
Adapun sebaran bahasa di Pulau Jawa yang sempat dipetakan -setidaknya yang sempat saya temukan secara daring ini- terdapat dua peta yang diterbitkan.
Peta pertama menggambarkan sebaran Bahasa di Pulau Jawa yang diterbitkan pada tahun 1881, dengan penggambaran sebaran bahasa di Pulau Jawa tanpa mencantumkan pembagian wilayah distrik (kabupaten) di Pulau Jawa pada tahun itu. Jadi, hanya memetakan penggunaan bahasa di Pulau Jawa secara keseluruhan. Tanpa dapat membandingkan wilayah administratif pemerintahan kolonial.
Perhatikan Peta Tahun 1881 yang berjudul Taalkaart van Java en Madoera (Peta Bahasa di Jawa dan Madura)
![]() |
Peta Sebaran Bahasa di Pulau Jawa Tahun 1881 |
Lihat Juga: Peta Pulau Jawa Lainnya
Peta sebaran bahasa Tahun 1881 tersebut diterbitkan pada tahun 1882, berdasarkan data yang dihimpun dari Pegawai Negeri Sipil oleh K.F Holle. Peta tersebut menjadi koleksi dari Koninklijk Instituut vor de tropen Centrale Boekoe (Lihat Stempel di bagian bawah peta)
Dalam peta tersebut digambarkan sebaran 4 bahasa utama, dan saling mempengaruhinya antar bahasa di perbatasan. Tampak dalam peta luasnya sebaran pengguna bahasa Jawa (warna abu-abu) diikuti dengan Penutur Bahasa Sunda yang mayoritas di Jawa Barat non-Pesisir utara. Sementara di Batavia, yang paling dominan adalah penggunaan bahasa Melayu (Malaiesch), perlu dicatat bahwa di masa itu, 1881 masih belum ada 'Bahasa Indonesia', masih disebut denegan bahasa Melayu. Sebaran pengguna bahasa Madura, bukan hanya di pulau madura, bahkan sudah menyebar di pesisi utara ujung timur pulau jawa.
Di masing-masing perbatasan tersebut sudah saling memengaruhi (Zoom Peta untuk lebih detailnya).
Peta Pulau Jawa di Zaman Kolonial Belanda yang juga menggambarkan sebaran penggunaan bahasa di Pulau Jawa. Pada dasarnya peta tersebut merupakan Peta Sebaran Penuduk masing-masing wilayah dengan deskripsi berbahasa Belanda di dalam Petanya: Kaart van Java en Madoera aangevende voor elke afdeeling (de residentiƫn Djokjakarta en Soerakarta en het regentschap Krawang in hun geheel), de dichtheid der inlandsche bevolking volgens de in 1895 gehouden telling, tevens taalkaart.
Jika diterjemahkan secara sederhana adalah: Peta Jawa dan Madura yang menunjukkan kepadatan penduduk asli menurut sensus tahun 1895 untuk setiap departemen (karesidenan Djokjakarta dan Surakarta serta kabupaten Krawang secara keseluruhan), juga peta bahasa.
Dengan adanya peta sebaran bahasa masing-masing wilayah menjadi lebih terpetakan. Pada peta yang sudah lebih diperbarui di dibanding tahun Peta bahasa Tahun 1881, yang tiddak membagi lagi dialek. Pada Peta Bahasa Tahun 1895, sudah dibedakan berdasarkan beberapa dialek. Jadi, Bahasa Jawa yang sudah sangat dominan di seluruh pulau Jawa, dibedakan berdasarkan dialek penuturannya. Dengan yang paling kental Jawanya adalah wilayah Mataram (Yogyakarta-Surakarta).
Pada peta tersebut, juga masih digambarkan kuatnya penggunaan bahasa Melaisch (Bahasa Melayu) di Batavia, sebagai kota utama di Zaman Kolonial Belanda. Bahkan hingga sekarang.
![]() |
Peta Jumlah Penduduk Pulau Jawa Tahun 1895 dan Sebaran Bahasa |
Namun, meskipun peta sebaran bahasa Tahun 1985 lebih detail menjelaskan sekaligus jumlah penuturnya (Jumlah penduduk masing-masih Het Landschap (Kabupaten), sama sekali tidak mengakomodir penutur bahasa Minoritas.
Sementara Peta Tahun 1881, masih menggambarkan adanya penggunaan bahasa Melaiesch, Balineesch di pesisir timur Banyuwangi.
Membaca peta, khususnya peta resmi masa lalu memberikan gambaran tentang sejarah sekaligus fakta menarik tentang bahasa dan kewilayahan yang sangat menarik. Sehingga bisa ditarik garis waktu dan fakta sejarah yang memukau dan mendapatkan legitimasi.
Menjadi menarik sebaran yang melintasi batas. Misalnya, dalam kedua peta di atas didapati fakta bahwa di ujung barat pesisir utara, ada penutur bahasa Jawa yang cukup kuat. Padahal wilayah sekitarnya adalah penutur bahasa Sunda. Apa sebabnya?
Begitu pula dengan pesisir utara ujung timur Jawa. Ada empat wilayah yang murni penduduknya sebagai penutur bahasa Madura, padahal terpisah selat yang cukup jauh. Sementara dengan selat yang sempit dan interaksi yang lebih intens antara Madura dan Surabaya, pada waktu itu, tidak saling mempengaruhi bahasanya.
Tentu hal itu dipengaruhi juga oleh relasi kuasa baik secara ekonomi, politik, peperangan, dan saluran persebaran lain.
Untuk membaca peta secara menarik dan membaca sejarah perkembangan Peta di Jawa bisa dilihat dalam Postingan Berikut: PETA JAWA DARI MASA KE MASA.
Posting Komentar untuk "Peta Bahasa Sebaran Bahasa di Zaman Kolonial Belanda Tahun 1881 dan 1895"
Komentar bisa berupa saran, kritik, dan tanggapan. :)