Pesan Moral Cerita Rakyat Asal-usul Pantai Watu Ulo Jembar Jawa Timur
Gambar Watu Ulo di Jember saat Surut |
Pada dasarnya
sastra rakyat merupakan gambaran kehidupan manusia. Tafsir terhadap keadaan dan
kehidupan manusia. Baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Pesan
moral cerita rakyat asal-usul pantai Watu Ulo yang pertama adalah:
Manusia harus
mendapatkan segala sesuatu sesuai dengan kemampuannya. Cerita asal-usul pantai
Watu Ulo yang menceritakan seekor ayam yang mendengar mantra Ajisaka akhirnya
bertelur dan beranak ular, menunjukkan bahwa makhluk hidup harus mensyukuri apa
yang ada pada dirinya, dan harus menyesuaikan diri apa yang bisa diterima.
Janganlah mendengar atau mendapatkan sesuatu yang belum sampai pada
tingkatannya.
Lebih lebih dalam
ilmu pengetahuan, juga dalam tingkat kedewasaan. Manusia seharusnya mendapat
pengetahuan sesuai dengan tingkat usianya. Jagan sampai seorang anak mendapat
pengetahuan tentang orang dewasa, baik dalam segi pengetahuan maupun dalam segi
moral. Itu akan berbahaya bagi perkembangan psikis anak tersebut.
Pesan moral yang
kedua dari cerita rakyat asal-usul pantai watu ulo ini merupakan
tafsir yang hanya layak diketahui oleh orang dewasa. Sebagai pelajaran moral.
Ayam dalam cerita
tersebut diibaratkan sebagai (maaf) “perempuan nakal” yang melakukan hubungan
seksual sebelum waktunya. Diceritakan bahwa yang boleh mendengar mantra Ajisaka
yang sudah pada tahapan tertentu. Tahapan tertentu itu dapat ditafsiri sebagai
‘orang dewasa yang sudah menikah’.
Karena si ayam
mendengar rapalan mantra Ajisaka (dapat ditafisiri sebagai melakukan proses
pembuahan sebelum waktunya) maka lahirlah anak ular raksasa. Mengapa ular? ular
identik dengan sesuatu yang negatif. Identik dengan penjahat dan tidak baik.
Dalam ajaran agama, proses kehamilan dianjurkan dengan cara baik. Didoakan, dan
di-selameti agar menjadi anak yang baik. Nah, ular dalam cerita tersebut
dapat ditafsirkan sebagai anak jadah (anak hasil zina) yang biasanya tidak
sempat didoakan bahkan cenderung ingin dibunuh sebelum lahir. Maka, ketika anak
itu lahir, cenderung memiliki sifat negatif.
Sementara itu,
Ajisaka yang menolak untuk mengakui ular raksasa secara langsung sebagai
anaknya menggambarkan watak ‘lelaki hidung belang’ yang tidak mau bertanggung
jawab atas apa yang sudah dilakukannya. Sehingga orang itu berbelit dengan
memberikan syarat yang sangat sulit.
Ini hanyalah
tafsir dari saya. Bukan bermaksud untuk menyinggung salah dari pembaca yang
budiman. Hanya berusaha untuk sama-sama belajar.
Posting Komentar untuk "Pesan Moral Cerita Rakyat Asal-usul Pantai Watu Ulo Jembar Jawa Timur"
Komentar bisa berupa saran, kritik, dan tanggapan. :)