Analisis Masalah-Masalah Sosial Teks Drama Lit : Sebuah Analisis Teks Drama
Analisis Masalah-Masalah Sosial Teks
Drama Lit : Sebuah Analisis Teks Drama
Pendahuluan
Ada tiga jenisgenre
sastra, yaitu pertama prosa,
puisi, dan drama. Prosa menjadi genre yang paling banyak
mendapat apresiasisejak 2000-an. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya
produksi karya sastra prosa (cerpen dan novel) yang kemudian difilmkan.
Tidak hanya itu, prosa dapat dinikmati oleh semua orang, baik pekerja
seni (sastra) maupun orang biasa
kebanyakan. Begitu juga dengan puisi, produksinya banyak terlebih dengan media digital, penikmatnya
pun bisa dari semua kalangan.
Berbeda dengan drama, penerbitan teks drama dalam bentuk buku sangat
jarang dilakukan. Hal ini disebabkan
karena teks
(naskah) drama
hanya dinikmati terbatas oleh
dramawan atau seniman teater
untuk dipentaskan. Maka, justru
teks-teks drama yang banyak beredar di kalangan tersebut justru dari fotokopian
atau internet, bukan dari buku.
Oleh karena terlalu masih
sedikitnya apresiasi terhadap karya
sastra teks sastra drama, maka tulisan makalah ini berusaha untuk ikut menghidupkan apresiasi yang
berbentuk tulis. Teks drama yang akan dianalisis berjudul Lit yang dapat digolongkan dalam jenis sastra Farce.
Rumusan masalah
Masalah-masalah apa yang diangkat dalam Lit?
Bagaimana penggambaran tokoh dan watak dalam Lit?
Pembahasan
Lit merupakan naskah drama yang dilombakan dalam Lomba Penulisan
Naskah Teater Seksi Penyajian Taman Budaya Jawa Timur pada 2004. Naskah drama ini ditujukan untuk
remaja. Jadi bahasa yang digunakan adalah bahasa yang ringan, sehingga mudah dipahami maksudnya.
Lit sebagai sebuah naskah drama berjenis Farce banyak menampilkan
dialog yang lucu dan dialog yang berlebihan (lebay) sehingga menggelikan.
Permasalahan yang diangkat
Tema yang
diangkat Lit mengenai kehidupan
sosial-politik. Lit menggambarkan sebuah
“Republik Jombrot” disebut sebagai republik yang semrawut. Kesemrawutan itu terjadi di
bidang, pendidikan, hukum dan ekonomi.
Lit :
Kenapa seluruh pelajaran budi-pekerti
yang sudah diajarkan sejak SD sampai SLTA tidak berlaku di kehidupan
nyata ?
….
Kenapa seluruh ajaran
dari Kitab Suci dan teladan para nabi menjadi NOL(0)
dalam perjalanan hidup di REPUBLIK JOMBROT ini ?
Tokoh Lit berusaha bertanya tentang keadaan
‘Republik Jombrot’ yang rusak budi pekerti orang-orangnya. Meskipun pelajaran
budi pekerti di ajarkan pada semua jenjang pendidikan, namun pada aplikasinya
dalam kehidupan justru meninggalkan ajaran tersebut.
Masalah Pendidikan
KS :
waaaah…waduh….jan
diamput tenan iki….
Ini dia yang jadi biang
rusuh sekolah kita ini
Wis sekolah bolos terus…
….
Iuran OSIS gak bayar
….
Iuran kucing pak guru ketabrak truk gak
bayar
….
Iuran guru fisika pindah rumah gak bayar
Kalian ini kalau MISKIN JANGAN SEKOLAAAH
!!!!
Sekolah sekarang cuma untuk orang
berduit tahu !!
Sudah nggak jamannya lagi sekolah mbayar bolet !
(bolet= ubi jalar ).
Data di atas
merupakan makian Kepala Sekolah (KS) terhadap muridnya. Dari situ pengarang
menyindir mahalnya biaya pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan antara lain
disebabkan karena adanya berbagai macam iuran yang dipungut oleh pihak sekolah.
Data penggambaran pengarang dengan menyebutkan iuran kucing pak guru ketabrak truk memang berlebihan. Tapi itu
merupakan usaha pengarang untuk menunjukkan banyaknya jenis-jenis pungutan yang
mengada-ada.
Masalah Hukum
KS :
hmmm….aku
takut dimintai bayaran eee…soalnya kata orang, kalau lapor kepada polisi kehilangan anjing, kita malah dimintai ongkos
sebasar kambing… …
Perkataan Kepala
Sekolah di atas menggambarkan, polisi bukannya mengayomi dan melindungi
masyarakat tapi justru menyengsarakan masyarakat dengan menarik pungutan liar.
Komandan Polisi :
Sok tahu kamu itu Dul!
dari pada sok pinter dan lebih pinter dari aku, mendingan kamu tak
tembak aja duluan !
Dor ! Polisi Dul mati.
Tindakan Komandan Polisi membunuh bawahannya
karena merasa kalah pintar. Dalam kehidupan nyata memang tidak ada seorang
atasan sampai membunuh bawahannya karena sok pintar. Tapi yang mungkin terjadi
adalah seorang atasan menjegal karir bawahannya yang dirasa lebih pintar agar tidak
dikalahkan.
Lit :
Sabar, sabarlah… jangan
main hakim sendiri, teman-teman….
…
Tramtib :
Yo
gak isook….revolusi berarti cabut sampai akarnya! Ayoooo serbuu !!!
SEMUA
MASSA BERGERAK MENYERBU KOTA.
LIT
MERAUNG-RAUNG BERUSAHA MENENANGKAN MASSA.
MASSA
TAK PERDULI, BAHKAN ADA YANG MEMUKULI DAN MENJONGKROKKAN LIT KE TANAH.
MASSA
SUDAH KESETANAN.
Wujud dari ketidakpercayaan kepada aparat penegak
hukum adalah main hakim sendiri dan bertindak anarkis. Rakyat tidak percaya
kepada penegak hukum karena adanya pelanggaran terhadap undang-undang.
KS :
Lho,lho,lho…berarti selama ini justru
pemerintah sendiri yang melanggar undang-undang ?
Masalah hukum
lain yaitu masalah korupsi, diceritakan Kepala
Sekolah dan BP 3 melakukan
tindakan penyelewengan kekuasaan
BP
3 :
Lhaaaaa, bapak ini…. kita ini kan orang
kaya, lembaga kaya….wong kita korupsi gedhe banget kok takut dipalak polisi
sejuta dua juta….
….
BP 3 :
halah paak,
jaman sekarang korupsi itu dilakukan mulai dari presiden
sampai tukang cat, jangan takuuut….lembaga KPK komisi pemberantas korupsi saja nggak pernah ngapa-ngapain……malah kerjanya juga korupsi kok.
Tokoh BP 3 dengan terang-terangan mengaku melakukan
korupsi. Korupsi uang sekolah yang dikelolanya. Melalui tokoh ini pula
pengarang menggambarkan keadaan negara yang dilingkupi korupsi karena dari
presiden sampai tukang cat pun korupsi.
Masalah ekonomi
Lit:
….
Ingat pak,kalian itu juga orang
miskin.
Rumah kalian, rumah petak di pingiran kota
toh, sewanya hanya Rp 100.000,- sebulan toh ?
Lihat saat ini istri kalian belum masak nasi
toh…anak kalian kelaparan kan, tidak bisa sekolah
juga, semua karena pemerasan yang dilakukan para pemimpin busuk, para
elit tulalit.
Dialog diatas merupakan dialog
tokoh Lit dengan petugas penertiban. Dialog
tersebut menunjukkan sebenarnya petugas yang bertugas menertibkan gelandangan
dan pemukiman kumuh sebenarnya juga tidak kaya, sama-sama miskin.
Rakyat yang telah miskin pun masih
dibebani dengan biaya-biaya hidup yang terus meningkat,
KS:
….
Harga minyak naik
elpiji naik …
Penggambaran Tokoh
Penggambaran tokoh dalam Lit oleh disebutkan secara ringkas oleh
pengarang di bagian depan.
Tokoh-tokoh :
Lit……………………………… umur 19 tahun.
Kepala sekolah………………… umur.45 tahun.
Orang BP 3…………………….. umur 35
tahun.
Pemimpin Gelandangan……….. umur 30 tahun.
Pemimpin Satpol Tramtib……… umur 30 tahun
Komandan Polisi……………….. umur 35 tahun
Penggambaran tokoh seperti ini
sebenarnya tidak perlu, hal ini karena tidak ada keterkaitan antara usia dengan
peristiwa yang dibangun oleh pengarang. Pengarang tidak konsisten dalam
menyebutkan tokoh. Pada bagian awal tidak ada tokoh Dul, anggota polisi
Dul:
alaaaaa di negeri Jombrot ini, nyawa sangat murah kok!
……………………………………………………………………….
Dor! Polisi Dul mati.
Penggambaran tokoh Lit
Tokoh Lit adalah tokoh utama dalam
drama Lit. Pengarang menggambarkan
tokoh ini dalam prolog.
LAMPU YANG GELAP TIBA-TIBA MENYOROT TERFOKUS
PADA SEORANG REMAJA BERSERAGAM SMU BELEL DAN DITULISI MACAM-MACAM JUGA
BERTAMBAL, POKOKNYA AMBURADUL, RAMBUTNYA AWUT-AWUTAN.
Posting Komentar untuk "Analisis Masalah-Masalah Sosial Teks Drama Lit : Sebuah Analisis Teks Drama"
Komentar bisa berupa saran, kritik, dan tanggapan. :)