Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Analisis Makna Puisi 'Aku' Karya Chairil Anwar yang Penuh Vitalitas dan Individualitas

Puisi Chairil Anwar yang berjudul Aku menjadi salah satu puisinya yang paling terkenal. Kutipan-kutipan lariknya banyak dipakai dan direproduksi dalam bentuk mural, kaus, maupun desain digital. Kutipan "Aku ini binatang jalang" juga kutipan "Aku ingin hidup seribu tahun lagi" menjadi yang cukup banyak (untuk tidak mengatakan paling banyak) digunakan.

Puisi 'Aku' karya Cairil Anwar menjadi tonggak bagi bentuk dan semangat puisi Angkatan 45. Sebelum memublikasikan melaui cetakan, Chairil Anwar terlebih dahulu membacakan Puisi Aku di Pusat Kebudayaan Jakarta pada 1943.

Baca Juga: Kumpulan Hasil Analisis Puisi Karya Chairil Anwar

Puisi tersebut kemudian diterbitkan di Pemandangan dengan judul Semangat. Penggunaan judul Semangat sebagai pengganti judul yang sebenarnya yaitu aku diperlukan untuk menghindari sensor dari pemerintah yang waktu itu diperintah oleh militer Jepang. Selain perubahan judul, larik yang berbunyi Ku mau tak seorang kan merayu juga diubah menjadi  Ku tahu tak seorang kan merayu. Penggunaan Ku mau dianggap lebih radikal dibanding dengan Ku tahu. Jadi, penggunaan pilihan kata yang lebih 'lunak' ini bertujuan untuk menghindari penyensoran oleh pemerintah.

Puisi 'Aku' Karya Chairil Anwar di Dinding di Belanda | Sumber Gambar: Wikipedia.org


Berikut ini puisi Aku karya Chairil Anwar Selengkapnya:

Aku

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi!


Parafrase Puisi Aku 

Kalau (sudah) sampai waktuku (untuk pergi)
'Ku mau tak seorang 'kan merayu (untuk tetap tinggal)
Tidak juga kau

Tak perlu (tangis) sedu sedan(mu) itu

Aku ini (adalah ibarat) binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang (maka harus pergi)

Biar peluru menembus kulitku (hendak menghentikanku)
Aku tetap (akan semakin) meradang (dan tetap) menerjang

Luka (ini) dan bisa (racun ini) kubawa berlari
(terus) Berlari

(aku akan terus berlari) Hingga hilang (rasa) pedih peri (di hati)

Dan aku akan lebih tidak peduli (dengan kenyinyiran orang)
(meski begini) Aku mau (karyaku tetap) hidup (sampai) seribu tahun lagi!

Dari hasil parafrase di atas, dapat diketahui bahwa, puisi Aku karya Chairil Anwar tersebut menggambarkan semangat untuk terbebas dari kungkungan keadaan. Si Aku sadar bahwa, usahanya untuk 'menentang zaman' pasti akan membuatnya diasingkan (terbuang), bahkan harus siap disakiti (ditembus peluru). 

Tapi tokoh 'Aku' akan tetap menerjang segala rintangan itu, tidak memedulikan rasa sakitnya yang akan hilang dengan sendirinya. Bahkan dia sama sekali tidak akan peduli, hingga suatu saat karyanya benar-benar akan dikenang bahkan hingga seribu tahun lagi.

Baca Juga: Contoh Parafrase Lagu dan Puisi yang Lain


Analisis Diksi Puisi Aku  karya Chairil Anwar

Dilihat dari diksi atau pilihan kata yang digunakan oleh Chairil Anwar, ada beberapa yang bisa dianalisis. Antara lain penggunaan rima, dan kata kiasan (makna konotasi) dalam puisi, juga ciri khas Chairil Anwar.

Penggunaan Bunyi

Irama yang digunakan oleh Chairil Anwar muncul di hampir setiap bait puisi Aku. Hal ini tampak pada baris-baris berikut ini:

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Dalam bait di atas, tampak jelas bahwa ada pengulangan bunyi sengau (ng) yang berulang-ulang dalam satu bait. Ini bukan hal yang tidak disengaja. Penggunaan bunyi berulang seperti ini menunjukkan bahwa pilihan kata yang digunakan benar-benar diperhatikan. Hal yang sama juga tampak pada kata meradang menerjang dalam bait berikut ini:

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Penggunaan pengulangan kata yang mirip  juga tampak pada kata pedih peri dalam baris berikut:

Hingga hilang pedih peri

Dalam baris tersebut, ada dua kata yang hampir serupa bunyinya yaitu kata pedih dan kata peri yang sama-sama diawali suku kata pe dan suku kata kedua mengandung bunyi i.

Penggunaan Aliterasi

Aliterasi adalah pengulangan bunyi vokal yang terdapat dalam satu kalimat. Dalam puisi Aku karya Chairil Anwar ini terdapat beberapa aliterasi yang dapat dianalisis.

Luka dan bisa kubawa berlari

Dalam baris di atas, terdapat aliterasi b. Pengulangan bunyi /b/ terdapat pada kata bisa, bawa, dan berlari. Pengulangan bunyi b ini memperkuat keindahan bunyi pada puisi Aku.

Hingga hilang pedih peri

Puisi aku juga mengandung aliterasi h yang tampak pada baris di atas. Ada yang digunakan sebagai awal kata pada hingga dan hilang juga digunakan di akhir kata yaitu pedih. Penggunaan bunyi h yang berulang menunjukkan makna kesedihan. 

Ciri Khas Chairil Anwar

Hampir dalam setiap puisinya, Chairil Anwar melakukan penghilangan bunyi untuk kata-kata yang sudah umum diketahui. Dalam beberapa puisi yang lain, Chairil bahkan menghilangkan bunyi ma dalam kata manusia sehingga hanya menjadi 'nusia.

Dalam puisi Aku ini, si Binantang Jalang ini, 'hanya' menghilangkan bunyi 'a' pada kata aku dan kata akan. Sehingga hanya menjadi 'Ku dan 'kan seperti tampak pada baris:

'Ku mau tak seorang 'kan merayu

Pemendekan (atau lebih tepatnya pemotongan kata) seperti ini menjadi ciri khas Chairil Anwar dan menjadi pelopor di Zamannya.

Tema dan Amanat

Puisi adalah karya sastra di zamannya dan bisa dimaknai lintas waktu menembus masa. Puisi Aku  karya Chairil Anwar ini ditulis (digubah) dalam masa penjajahan Jepang yang sangat represif. Maka dari itu, puisi ini bisa dimaknai sebagai puisi yang bertemakan kesanggupan diri melawan kemapanan, berjuang menjadi bangsa yang bebas dalam berkarya dan mengarungi hidup. Chairil menggambarkan hal itu sebagai 'berlari'. Bergerak dengan sangat cepat.

Meskipun sifat dan sikapnya itu akan memunculkan kesulitan dan mendapat ancaman dari berbagai pihak, dia tidak pernah peduli. Karena dia yakin bahwa, suatu saat karya dan sikapnya akan tetap dikenang, bahkan sampai seribu tahun lagi.

Jadi, tema dalam puisi aku adalah menjadi diri sendiri yang bebas dari penjajahan. 

Adapun amanatnya adalah: Mari terus berjuang, meski merasakan sakit. Karena di akhir perjuangan pasti akan ada kemenangan.

Baca Juga: Karakter tokoh 'aku' dalam Puisi 'Aku' Karya Chairil Anwar.


Demikian contoh analisis puisi Aku karya Chairil Anwar sang Pelopor Angkatan 45.

3 komentar untuk "Analisis Makna Puisi 'Aku' Karya Chairil Anwar yang Penuh Vitalitas dan Individualitas"

  1. Analisa yang keren.... ini puisi yang pernah saya bawakan saat TK... 38 tahun lalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. WAH, sejak TK sudah membawakan 'aku'. Keren!!!

      Hapus
  2. Karakter tokoh aku ni gimana sih hege

    BalasHapus