Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Makna Lindu Bulan Rabiul Awwal, 22 Oktober 2021

Bertepatan dengan peringatan hari santri nasional 22 Oktober 2021, terjadi lindu alias gempa. Berdasarkan informasi dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), pusat gempa ada di selatan pulau jawa. Tepatnya ada di selatan Jawa Timur. 

Gempa tersebut terjadi pada siang hari. Seperti halnya alam semesta lainnya. Gempa juga dipercaya oleh masyarakat Jawa sebagai petanda. Tidak ada satu kejadianpun yang tanpa kehendak Sang Hyang Kuasa.  Maka dari itu, dalam khazanah masyarakat Jawa dikenal dengan "alamat lindu" atau pertanda apa yang terjadi setelah adanya gempa.

Dalam kitab Mujarabat, pertanda gempa yang terjadi pada bulan Rabiul Awwal adalah: "lamun ana lindu wulan rabiul awwal rahina, alamat akeh wong oleh derajat, lan akeh pagering."

Artinya: Jika ada gempa atau lindu yang terjadi pada bulan Rabiul Awwal siang hari, maka pertanda akan banyak orang yang mendapat pangkat, dan banyak orang sakit.

Baca Lengkap: Pertanda Gempa (Alamat Lindu) dalam Kitab Mujarabat.

Membaca alamat (pertanda) itu, setidaknya ada dua hal yang menjadi 'ramalan' yaitu adanya:

1. Banyak orang naik derajat(pangkat)nya. 

2. Banyak orang sakit.

Ada yang positif ada yang negatif. 

Karena gempa yang terjadi pada 22 Oktober 2021 berlangsung  pada siang hari. Membaca pertanda itu, bisa dikaitkan dengan peristiwa peristiwa besar dan peristiwa lokal. 

Terkait dengan adanya kontestasi Pemilihan Kepala Desa --beberapa wilayah menggelar Pilkades dalam bulan-bulan ini. Melihat hal ini, akan ada orang yang naik derajat. Mendapat pangkat. Yang awalnya bukan kades. Bisa naik derajat kepangkatannya menjadi kades. Yang awalnya kades, mungkin akan naik derajat ketabahannya. Menjadi lebih tinggi derajat ilmu nerimo-nya. 

Juga sedang ada penerimaan besar-besaran untuk formasi pegawai negara dalam konsep PPPK. Ini tentu akan mengangkat derajat banyak orang. Bagi yang lulus.

Jika dilihat dari kacamata pemulihan ekonomi, alamat lindu atau pertanda gempa di bulan Rabiul Awwal siang hari ini, juga bisa dimaknai sebagai ada banyaknya orang yang naik derajat. Mungkin ekonomi sudah akan pulih. Akan banyak orang yang kembali mendapatkan pekerjaan setelah berbagai sektor ekonomi mulai bergerak dan digerakkan. 

Namun demikian, 'naik derajat' sebagai alamat gempa di bulan Rabiul Awwal siang hari, juga diikuti dengan "akeh pagering" alias pertanda sebagai akan adanya banyak orang yang sakit. 

Masih dihubungkan dengan Pilkades dan perekrutan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), tetap banyak orang yang sakit. Mungkin sakit hati pada hasil yang tidak memuaskan. Mungkin juga akan sakit hati karena merasa gagal dan merasa dicurangi. Bukan hanya yang bersangkutan. Yang gagal saja. Tapi banyak juga orang yang sakit hati karena orang yang didukungnya kalah. 

Jika dihubungkan dengan situasi pandemi. Gempa di bulan Rabiul Awwal yang dalam kitab Mujarabat sebagai tanda akan banyak orang sakit, memungkinkan akan adanya gelombang ketiga Covid-19.  Hal ini sejalan dengan prediksi beberapa pakar kesehatan. Jika melihat sejarah, maka ada kemungkinan gelombang ketiga paparan virus corona (covid-19) sebagaimana flu spanyol yang merambah seluruh dunia di tahun 1900-an awal. 

Mungkin mengerikan. Tapi jika ditafsirkan lebih luas. Pertanda "akeh pagering" tidak semengerikan "akeh wong mati". Semoga saja, meskipun banyak orang sakit. Tidak banyak orang yang meninggal karena pandemi. Bukankah pemerintah sudah menggenjot pelaksanaan vaksinasi. Sebagai ikhtiar menjaga kesehatan seluruh rakyatnya. 

Selebihnya hanya berdoa. Sebagaimana prediksi-prediksi dan prakiraan yang diklaim "memiliki dasar" dan bersifat "ilmiah". Pada dasarnya prediksi itu mengacu pada pola perulangan sejarah. 

Pun begitu dengan 'ramalan' dalam kitab Mujarabat saat ada lindu. Bukan berarti memastikan akan terjadi hal demikian. Tapi, mungkin akan terjadi hal demikian. Tentu saja ini merupakan hasil pengamatan para waskita di zaman dahulu. Yang sudah mengamati fenomena alam serta hubungannya dengan kejadian sosial dan peristiwa-peristiwa masyarakatnya. 

Tapi tetap, sebagai makhluk bertuhan. Tetap harus meminta. Apapun kejadian yang kelak dialami oleh makhluknya. Tetap menjadi hak prerogatif Tuhan.  Manusia hanya bisa meminta yang terbaik melalui doa. 

Misalnya dalam konteks 'munggah derajat' dan 'akeh pagering'. Tentu masing-masing kita akan berdoa termasuk dalam yang pertama. Bukan yang kebetulan akan tertimpa penyakit. Kalau sudah ditentukan Tuhan bahwa kita yang kebetulan mendapat penyakit, semoga sekaligus mendapat kenaikan derajat. Minimal derajat kemanusiaan dan kehambaannya meningkat juga. Syukur-syukur jika diiringi juga dengan derajat kesejahteraannya. 

Selebihnya terserah kepada pembaca dalam menyikapi dan memaknai 'pertanda lindu di bulan Rabiul Awwal siang hari'.

Posting Komentar untuk "Makna Lindu Bulan Rabiul Awwal, 22 Oktober 2021"