Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Nilai Positif dalam ‘Jemuahlegian’

Kenduren Jemuahlegian di Dusun Mangaran - Ajung - Jember

Nilai Positif dalam ‘Jemuahlegian’

Jemuahlegian adalah istilah bahasa Jawa, yang merupakan gabungan dari kata Jemuah (Jumat) dan Legi (pasaran hari dalam penanggalan Jawa). Dalam satu bulan, ada satu kali Jemuah Legi (Jum’at Manis). Acara Jemuahlegian (dalam penutur bahasa Madura juga disebut ‘Jumatmanisan’) adalah sebuah kenduri/ selametan yang dilakukan satu bulan sekali pada kamis malam, biasanya dilakukan pada waktu setelah salah magrib di langgar-langgar (musala) oleh orang-orang yang tinggal di sekitar musala tersebut.

Kegiatan jemahlegian tersebut biasanya diisi dengan pembacaan zikir dan kalimat thoyyibah lainnya. Juga mendoakan para leluhur sekaligus mendoakan seluruh warga sekitar yang ada di sekitar kegiatan agar diberi keselamatan dan kelancaran dalam menjalani kehidupan. Kegiatan tersebut sudah menjadi hukum tidak tertulis untuk seluruh warga yang ada di dalam satu lingkungan tersebut untuk mengikutinya. Bukan hanya berdoa, tetapi hampir bisa dipastikan bahwa peserta jemuahlegian juga membawa makanan yang saling ditukar setelah doa selesai dan kemudian dimakan bersama.

Lalu apa nilai positif dari kegiatan Jemuahlegian? Ada banyak nilai positif dari kegiatan tersebut. Nilai-nilai positif dari kegiatan tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu nilai positif dalam segi keagamaan (religiusitas) dan nilai positif dalam segi sosial.

Dari segi keagamaan
Yang dimaksud dari segi keagamaan di sini mencakup kegiatan ubudiyah (peribadatan). Setidaknya ada tiga hal yaitu:

a.       Berzikir kepada Allah
Seperti  yang sudah dijelaskan di atas tadi, kegiatan kenduri diisi dengan zikir dan doa. Bukan berarti jika tidak jemuahlegian warga tidak berzikir, tetapi ini menjadi penyemangat untuk berzikir kepada Allah.

b.      Bersedekah
Umumnya dalam bertetangga, orang akan risih jika hanya memberikan makanan yang tidak seberapa kepada tetangga lain yang sebenarnya membutuhkan. Nah, melalui kegiatan jemuahlegian ini, orang bisa membantu tetangga tanpa merasa risih dan yang dibantu juga tidak merasa malu. Bentuk sedekah yang dilakukan berupa memberikan makanan (nasi + lauknya) kepada tetangga yang tidak punya. Hal ini terjadi karena tidak semua orang membawa pulang makanan, biasanya orang yang tidak punya tetap ikut kenduri meskipun tidak membawa makanan (tambulan), dan kemudian pulangya membawa pulang makanan untuk makan malam bersama anak istrinya

c.       Mengingat Kematian dan Saling Mendoakan
Karena dalam kegiatan kenduri jemuahlegian selalu diawali dengan doa untuk para leluhur dan keluarga yang sudah meninggal. Dengan mendoakan berarti kita diingatkan kepada orang yang telah mati, berarti pula juga ingat terhadap kematian tersebut. Selain itu, pemimpin kenduri (biasanya guru ngaji di musala yang ditempati) juga mengajak untuk saling mendoakan kepada keluarga. Yang bekerja semoga mendapat hasil yang baik, begitu juga yang masih sekolah didoakan mendapat ilmu yang bermanfaat. Jika ada tetangga (warga sekitar) yang sedang sakit juga didoakan agar segera disembuhkan.

Dari segi sosial
Yang dimaksud nilai positif dari segi sosial berkaitan dengan (interaksi) hubungan sosial bertetangga dan bermasyarakat. Berikut ini beberapa nilai positif dari Jemuahlegian dari segi sosial:
a.       Wadah untuk saling memaafkan.

Dalam kegiatan jemahlegian memungkinkan seluruh kepala keluarga yang tinggal dalam satu lingkungan untuk bertemu. Jika dalam acara seperti itu, pasti semua orang yang hadir saling bersalaman. Tetangga yang awalnya mungkin punya masalah pribadi dan tidak saling menyapa, tetapi karena berinteraksi dan berjabat tangan bisa meluluhkan ego dan saling memaafkan.
b.      Wadah untuk saling bertukar informasi.

Ini termasuk nilai positif yang paling terasa dalam kegiatan jemuahlegian. Seluruh peserta yang hadir pasti memiliki informasi. Meskipun tidak semuanya bisa bermanfaat tetapi itu hanya sedikit. Misalnya dalam masyarakat petani, bisa jadi menemukan pekerja untuk menggarap sawahnya ketika kenduri tersebut. Atau mengetahui cara mengatasi penyakit tanaman padi dari tetangga yang bertemu saat kenduri. Juga banyak informasi lain yang bisa bermanfaat.

c.       Media kontrol sosial
Berkumpulnya beberapa orang dalam forum yang baik tentu juga akan bermanfaat baik pula. Biasanya pemimpin doa sebelum memulai pembacaan zikir dan doa-doanya juga mengingatkan tentang kehidupan sosial. Mengingat para bapak yang hadir untuk menjaga anak-anaknya agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. Atau juga sebagai sarana untuk saling mengingatkan tentang keburukan/ketidakmanfaatan menyulut petasan ketika ramadan dan lebaran.

Nilai positif yang lain masih banyak dan hanya bisa dirasakan, tidak sekedar dituliskan di sini. Jika itu dituliskan semuanya, maka tidak akan pernah ada ujungnya. Maka dari karena begitu banyak kegiatan individualis manusia saat ini, kenduri Jemuahlegian mempunyai peran penting dalam kehidupan masyarakat. Terlebih di dewasa ini, masyarakat lebih suka sibuk sendiri dan berinteraksi melalui dunia maya tetapi jarang atau bahkan tidak pernah berinteraksi dengan tetangganya yang dekat. Maka, ikutlah kenduri Jemuahlegian, kalau di sekitar rumah anda tidak ada kegiatan tersebut karena sudah menjadi kota, ada baiknya anda mulai. Kemudian, coba rasakan manfaatnya untuk lingkungan sosial di sekitar tempat tinggal anda.



Posting Komentar untuk "Nilai Positif dalam ‘Jemuahlegian’"