Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik Puisi "Hujan Bulan Juni" Karya Sapardi Djoko Damono oleh Muntijo

Analisis Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono

Hujan Bulan Juni merupakan karya fenomenal penyair ternama Sapardi Djoko Damono. Hujan Bulan Juni merupakan judul sebuah puisi yang diterbitkan pada tahun 1994.  Puisi ini banyak dikutip, karena menggambarkan ketabahan dan kesabaran dengan sangat indahnya. Saking banyaknya dikutip, dalam istilah komedi, sudah jadi kodian. 

Kata-kata dan kutipan-kutipan dari Puisi Hujan Bulan Juni telah menjadi milik publik. Seolah-olah sudah dilupakan siapa pengarangnya. 

Saking ngetopnya, puisi ini acapkali dikutip dalam undangan-undangan pernikahan. Meskipun sering juga keliru, ditulis sebagai karya Sutardji Calzoum Bahri. Puisi ini tidak hanya disajikan dalam bentuk sajak, juga dalam bentuk musikalisasi puisi. Maka, Puisi Hujan Bulan Juni juga disajikan dalam bentuk lagu.




Selanjutnya, Hujan Bulan Juni juga digubah ke dalam bentuk novel. Adapun yang dibahas dalam tulisan ini adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik Puisi Hujan Bulan Juni. Unsur intrinsik adalah unsur yang terkandung dalam karya puisi, sementara unsur ekstrinsik adalah unsur di luar karya sastra yang turut serta memengaruhui proses penciptaan dan pemahaman puisi. 

Berikut ini disajikan puisi Hujan Bulan Juni.

Hujan Bulan Juni
         Karya Sapardi Joko Damono

Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon yang berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu

                    (Hujan Bulan Juni, 1994)


Selanjutnya, kita analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi Hujan Bulan Juni.

Unsur Intrinsik Hujan Bulan Juni

a. Tipologi

Tipologi merupakan unsur intrinsik karya sastra puisi. Tipologi berkaitan dan bentuk visual sebuah teks puisi (sajak). Maka dari itu, berdasarkan unsur intrinsik tipologi puisi.  Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono terdiri dari tiga bait. masing-masing bait terdiri dari empat baris. Masing-masing baris tidak lebih dari sebelas suku kata. Dari sini dapat diketahui kekonsistenan bentuk pusi Hujan Bulan Juni.

b. Diksi
Diksi adalah pemilihan dan penggunaan kata dalam sebuah sajak atau puisi. Dilihat dari diksinya, pilihan kata yang digunakan oleh Sapardi Djoko Damono adalah kata-kata yang bernas dan menunjukkan kedalaman makna. Bernas maksudnya sangat berisi. Bukan kata-kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kata yang sangat kuat adalah tabah, bijak, dan arif. Ketiga kata tersebut dibandingkan dengan diksi hujan. Yaitu hujan yang terjadi pada bulan Juni. 
c. Pengimajian/Citraan

Pengimajian lebih mudahnya disebut sebagai seolah-olah. Jadi, jika pengimajian visual adalah seolah-oleh melihat. Pengimajian pendengaran berarti seolah-olah mendengar.

Adapun pengimajian yang ada dalam Hujan Bulan Juni adalah pengimajian visual dan pengimajian pendengaran.

Citra Pengelihatan (Imaji Visual)

Merupakan citraan yang sangat dominan dalam puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini. Masing-masing bait dalam puisi tersebut, mengandung citraan pengelihatan.

Salah satu baris yang paling kuat menunjukkan citraan pengelihatan adalah:
          
            Kepada pohon yang berbunga itu

Kondisi pohon yang berbunga dapat diketahui dengan indra pengelihatan.

Citra Pendengaran (Imaji Bunyi)

Selain citra pengelihtan juga ada citra pendengaran yang mungkin dapat dilekatkan pada bait pertama, lebih tepatnya pada baris:

Dirahasiakannya rintik rindunya

Rintik merupakan bunyi yang dapat ditangkap dengan indra pendengaran.


d. Majas / Gaya Bahasa

Majas adalah perumpamaan, atau gaya bahasa yang terdapat dalam puisi. Cara penyampaian maksud dengan mengambil perbandingan yang lain.

Puisi Hujan Bulan Juni memiliki dua majas. Majas yang paling tampak adalah majas personifikasi. Majas personifikasi adalah pengorangan yang bukan orang. Maksudnya benda mati atau hewan atau tumbuhan bertindak dan berlaku seolah-olah seperti manusia.

Selain majas personfikasi, juga terdapat gaya bahasa repetisi. Repetisi penuh terdapat pada baris Dari hujan bulan Juni.

Ketiga bait puisi tersebut mengandung baris ini di baris keduanya.

Selain repetisi penuh, juga terdapat reptisi (pengulangan) sebagian baris yaitu Adakah yang lebih.


e. Rima / Irama

Rima adalah bunyi akhir atau persajakan. Dalam puisi ini, dapat diidenfitikasi rima yang terdapat berupa aliterasiyaitu perulangan bunyi konsonan.

Perulangan bunyi /n/ terdapat pada baris

Hujan bulan Juni.

Masing-masing kata dalam baris tersebut mengandung huruf /n/.

Perulangan bunyi /r/ terdapat pada baris:

          Dirahasiakannya rintik rindunya.

Masing-masing kata tersebut adalah rahasia, rintik, dan rindu sama-sama diawali dengan bunyi /r/.

Perulangan bunyi /r/ lebih terasa pada dua baris terakhir puisi Hujan Bulan Juni berikut ini:

Dibiarkannya yang tak terucapkan

Diserap akapohon bunga itu


Setelah menganalisis unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam Puisi tersebut, selanjutnya adalah analisis tentang unsur-unsur dari luar yang memengaruhi puisi tentang hujan. 

Unsur Ekstrinsik Puisi Hujan Bulan Juni 

a. Unsur Ekstrinsik: Tema

Tema puisi Hujan Bulan Juni adalah cinta terpendam yang tak terungkapkan. Tema termasuk unsur ekstrinsik karena berkaitan dengan dunia di luar puisi yang turut memengaruhi puisi. Baik dari segi penulis maupun pembaca puisi.

Adapun tema  puisi Hujan Bulan Juni dapat dianalisis sebagai berikut: Meskipun cintanya tak dapat diungkapkan, sang manusia (hujan) tetap tabah, arif, dan bijaksana. Membiarkan keadaan menghapus jejak (cintanya) di jalan (kehidupan)nya. Karena dia ragu hendak mengungkapkan atau tidak.

Akhirnya dia (pencinta) membiarkan yang tak terucapkan tetap ada dan diserap melalui akar pohon yang berbunga. Artinya, diserap dan diketahui secara sembunyi-sembunyi (akar tersembunyi di dalam tanah) oleh wanita (pohon berbunga) yang dicintainya.

b. Unsur Ekstrinsik: Perasaan

Perasaan yang dimaksud adalah perasaan yang melatar-belakangi penciptaan puisi. Bisa juga dianggap melatar-belakangi pemaknaan puisi. Jadi perasaan penyair atau perasaan pembaca. Hal ini merupakan unsur di luar puisi yang dapat memengaruhi proses penciptaan dan pemaknaan puisi.

Perasaan penyair yang tampak dalam Puisi Hujan Bulan Juni adalah perasaan orang yang sabar. Kesabaran yang sangat dalam meskipun harus memendam rasa. Kesabaran tersebut tampak pada penggunaan kata tabah, bijak, dan arif. Kata-kata tersebut menunjukkan sifat yang tidak emosional. Dia juga ragu mengungkapkan perasaannya, akhirnya dia menghapus jejak-jejaknya.

c. Unsur Ekstrinsik: Nada

Nada berkaitan erat dengan perasaan. Salah satu cara mengungkapkan perasaan dalam puisi adalah menggunakan nada-nada tertentu. Nada puisi hujan bulan juni, adalah kegetiran. Hal ini ditunjukkan dengan penggunaan huruf /r/ yang berulang-ulang. Pilihan kata yang digunakan juga menunjukkan bahwa penyair mengalami keraguan. Hingga akhirnya memilih diam saja. Mencintai dalam diam.

d. Unsur Ekstrinsik: Amanat

Adapun amanat puisi Hujan Bulan Juni adalah sebagai berikut:

1. Semua orang harus memiliki sifat tabah, arif, dan bijak meskipun segala sesuatu tidak seperti yang kita harapkan.

2. Tidak semua hal yang kita inginkan bisa kita dapatkan dengan mudah.

Demikian penjelasan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono.

1 komentar untuk "Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik Puisi "Hujan Bulan Juni" Karya Sapardi Djoko Damono oleh Muntijo"