Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Natalius Pigai Tidak Salah Perihal Ucapan Selamat Natal

Pernyataan Natalius Pigai dalam akun twitternya menuai berbagai macam tanggapan. Padahal kalimat-kalimatnya benar. Tidak ada yang salah. 


Begini twit aslinya:

Ayahku Protestan Kingmi & Ibu Katolik. Sy tegas! tdk butuh ucapan Natal, baik “tdk tulus” jg “berlebihan” dr luar Kristiani. Jalankan sj agamamu dgn benar. tiap ucapan Natal dr non kristiani jarang Sy respons krn itu forum internum (urusan kami), bkn forum externum (urusan kita).

Natalius Pigai Memantik Pro-Kronta Ucapan Selamat Natal dari Menteri Agama


Dilihat dari masing-masing bagian dalam twit tersebut, pilihan kata maupun isinya tidak ada yang salah. Justru mengandung kebenaran-kebenaran baik dari segi semantik maupun pragmatik. Meskipun digunakan banyak sekali singkatan. Tapi itu dapat dipahami. Selain itu, karakter yang disediakan oleh twitter memang sangat terbatas.


Jika diuraikan, twit Natalius Pigai yang mantan anggota Komnas Ham periode 2012-2017 itu derdiri dari lima kalimat yaitu:

1. Ayahku Protestan Kingmi dan Ibu Katolik.

2. Saya tegas!

3. Tidak butuh ucapan Natal, baik 'tidak tulus' juga 'berlebihan' dari non-Kristiani.

4. Jalankan saja agamamu dengan benar.

5. Tiap ucapan Natal dari non-kristiani jarang saya respons karena itu forum internum (urusan kami), bukan forum eksternum (urusan kita).


Coba perhatikan masing-masing kalimat tersebut. Adakah yang salah? Baik secara bahasa maupun secara isi dan maksudnya. 


Kalimat pertama: Ayahku Protestan Kingmi dan Ibu Katolik. Adalah sebuah pernyataan yang disampaikan oleh Natalius Pigai tentang agama orang tuanya. Meskipun tidak dijelaskan agama apa yang dianutnya. Pasti salah satu dari keduanya. 


Protestan Kingmi adalah salah satu sinode gereja protestan yang ada di Papua. Kingmi adalah salah atu dari 9 sinode gereja protestan yang asli tanah Papua. 


Keduanya, Protestan Kingmi dan Katolik sama-sama  merayakan Natal. Jadi, pernyataan agama orang tua Natalius tersebut masih relevan dengan ucapan selamat natal.


Kalimat kedua: Saya tegas! Juga pernyataan yang benar. Kalimatnya lugas. Tidak bertele-tele misalnya saya ini orangnya tegas. Tidak namun dengan kalimat yang singkat padat. Ditambah dengan penggunaan tanda seru pada kalimat tersebut. Jelas itu adalah suatu ungkapan yang tegas dari Natalius.


Kalimat ketiga: Tidak butuh ucapan Natal, baik 'tidak tulus' juga 'berlebihan' dari non-Kristiani. Untuk mempermudah memahaminya, bisa ditafisiri begini: (Saya) Tidak butuh ucapan Natal, baik (berupa ucapan yang) 'tidak tulus' juga (merupakan ucapan yang) 'berlebihan' dari non-Kristiani. 


Penafsiran kata (saya) terkait dengan kalimat sebelumnya. Jadi, tidak ada yang salah pula dalam kalimat tersebut. Mungkin sja ada yang merasa 'butuh' ucapan selamat natal dari negara atau pihak lain non-kristiani. Tapi Natalius merasa tidak butuh. Itu adalah hak asasi yang dimiliki Natalius. Mengapa harus diperdebatkan.


Kalimat keempat: Jalankan saja agamamu dengan benar. Ini adalah wejangan yang seharusnya bernilai positif bagi semua penganut agama. Kalau sebuah ajaran agama dijalankan dengan benar. Tentu tidak akan ada pertikaian dan kelicikan-kelicikan. Tidak ada satu agamapun yang mengajarkan dan menganjurkan untuk berbuat kerusakan. 


Seandainya semua penganut agama menjalankan agamanya dengan benar. Tidak ada pertikaian di dalam suatu agama. Tidak ada pertikaian dan konflik antar-agama. Meskipun itu sangat sulit. Katolik Garus Lucu saja harus berganti nama berkali-kali karena 'diserang' oleh saudaranya yang seagama. Hehehe.


Kalimat kelima: Tiap ucapan Natal dari non-kristiani jarang saya respons karena itu forum internum (urusan kami), bukan forum eksternum (urusan kita). Ini adalah pernyataan yang pribadi. Disebutkan dalam kalimat tersebut bahwa jarang saya respons. Berarti ada kalanya sama dengan saya. Ketika ada yang mengucapkan selamat idulfitri, apalagi kalau terindikasi hasil salin-tempel atau pesan diteruskan ada kalanya saya abaikan. Tidak ditanggapi dan tidak direspons. Sebenarnya ini adalah hal yang wajar juga. Tidak hanya Natalius Pigai yang melakukan. Banyak yang melakukan hal demikian. 


Toh, tak semua umat kristiani merayakan Natal. Teman saya Kristen Advent, hari ibadahnya sabtu. Dia tidak merayakan hari raya Natal. Sempat ngobrol santai terkait itu, dulu sekali. Katanya, perayaan hari Natal 25 Desember tidak ada di injil. 


Cuitan Natalius Pigai yang memantik pro-kontra ini disebabkan karena yang 'dikutip' adalah ucapan selamat dari Menag yang kebetulan lawan politiknya sejak lama. Seandainya ucapannya tidak ditujukan untuk menanggapi ucapan Menag Yaqut Cholil Qoumas, mungkin tidak akan seriuh ini. 


Jadi, kalau hendak mengucapkan selamat natal, harus ditambahkan penjelasan yang memadai. Mungkin harus agak panjang begini:

Selamat Hari Natal Bagi yang Merayakan dan yang Sudi Menerima Ucapan Ini.


Siapa tahu ada umat kristiani yang tidak merayakan. Siapa tahu ada yang tidak sudi menerima ucapan natal macam NATALius Pigai ini.

1 komentar untuk "Natalius Pigai Tidak Salah Perihal Ucapan Selamat Natal"