JENIS PUISI DESKRIPTIF: PERISTIWA PAGI TADI, TENGADAH KE BINTANG-BINTANG, PENINJAUAN NUKLIR
JENIS PUISI DESKRIPTIF: PERISTIWA PAGI TADI, TENGADAH KE BINTANG-BINTANG, PENINJAUAN NUKLIR
Ada tiga jenis-jenis puisi dipandang dari segi ini puisi. Ketiga jenis puisi itu yakni Jenis Puisi Lirik, Jenis Puisi Naratif, Jenis Puisi Deskriptif. Dalam artikel kali ini akan dijelaskan jenis puisi Deskriptif beserta tiga contoh puisi yaitu Puisi Peristiwa Pagi Tadi karya Sapardi Djoko Damono, Puisi Tengadah ke Bintang-bintang Karya Jujun S Sujasumantri, dan Puisi Peninjauan Nuklir karya Eka Budijanta.
Masing-masing puisi di atas akan dikelompokkan ke dalam
Jenis Puisi Deskriptif. Peserta
Alasannya.
Puisi Deskriptif adalah jenis puisi yang penyairnya
bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan atau peristiwa, benda, atau
suasana yang dipandang sangat menarik perhatian. Yang termasuk jenis puisi
deskriptif adalah puisi jenis Satire, dan jenis puisi
deskriptif berupa kritik sosial.
Sebelum membagi jenis puisi beserta alasannya, lebih baik
dijelaskan dan dipahami terlebih dahulu arti dan pengertian serta batasan jenis
puisi deskriptif tersebut.
Jenis Puisi Satire (baca: satir), adalah jenis
puisi yang isinya mengungkapkan ketidakpuasan penyair terhadap suatu hal.
Namun, ketidakpuasan itu berwujud dengan pengungkapan yang berkebalikan.
Misalnya: tentang kondisi hutan Indonesia yang sudah kehilangan fungsinya
sebagai penyeimbang alam, diungkapkan dengan Indonesia sudah mampu menjaga
kelangsungan hutannya, tetap hijau, tetap banyak tanamannya. Sawit bertebaran
di mana-mana.
Jadi, dalam jenis puisi ini, kritik disampaikan dengan cara
mengungkapkan sesuatu yang berkebalikan. Dikatakan menjaga kelangsungan hutan,
tapi hutan sawit. Pada dasarnya itu bukan hutan. Itu perkebunan yang tidak bisa
menjadi pengganti hutan.
Jenis Puisi Kritik Sosial, adalah jenis puisi yang
menyatakan kritik dan ketidaksenangan seorang penyair terhadap keadaan diri
sendiri maupun lingkungan sekitarnya.
Pengungkapan puisi kritik sosial
dengan cara menampilkan atau menggambarkan kepincangan atau
ketidak-benaran suat keadaan. Namun tetap, penyampaian ketidak-puasan ini
berupa puisi. Dengan penggambaran-penggambaran yang puitis.
Dalam buku teks pelajaran bahasa Indonesia untuk Kelas VIII
SMP/MTs halaman 108, terdapat Kegiatan 4.4 yang berisi perintah untuk
menentukan jenis puisi deskriptif masing-masing puisi Peristiwa Pagi Tadi,
Tengadah ke Bintang-Bintang, dan Peninjauan Nuklir. Diminta untuk
menentukan termasuk jenis puisi yang mana, serta alasannya apa.
Berikut ini teks pertanyaannya: Berdasarkan cara
pengungkapannya, termasuk ke dalam jenis apakah puisi-puisi di bawah ini?
PUISI I
Peristiwa Pagi Tadi
Pagi tadi seorang sopir oplet bercerita kepada tukang
warung tentang lelaki yang terlanggar motor waktu menyeberang.
Siang tadi pesuruh kantor bercerita kepada tukang warung
tentang sahabatmu yang terlanggar motor waktu menyeberang, membentur aspal,
lalu beramai-ramai diangkat ke tepi jalan.
Sore tadi tukang warung bercerita kepadamu tentang aku
yang terlanggar motor waktu menyeberang, membentur aspal, lalu diangkat
beramai-ramai ke tepi jalan dan menunggu setengah jam sebelum dijemput ambulans
dan meninggal di rumah sakit.
Malam ini kau ingin sekali bercerita padaku tentang
peristiwa itu.
(Sapardi Djoko Damono, 1983)
PUISI 2
Tengadah ke Bintang-bintang
Berilah hamba kearifan
O, Tuhan!
Seperti sebuah teropong bintang:
Tinggi mengatas galaksi
Rendah hati di atas bumi.
Bukanlah manfaat pengetahuan
Penggali hakikat kehidupan
Lewat mikroskop
Lewat teleskop
Bimbinglah si goblok dalam menemukan
Sebuah ujud maknawi
Dalam kenisbian sekarang
(Dr. Ir. Jujun S Surjasumantri, 1970)
PUISI 3
Peninjauan Nuklir
Kalau engkau ada waktu, cobalah tinjau hatiku
Akan kutunjukkan padang-padang cinta di sana
Telah menjadi daerah terlarang
Tempat roket dan peluru kendali diuji coba
Dunia telah mengajariku mempertahankan diri
Dengan bom hidrogen, berbagai radar dan amunisi
Petani-petani yang miskin semakin tersingkir di sana
Nelayan-nelayan sakit, keracunan lautnya
Burung-burung satu per satu meledak di udara
Di hatiku air jadi mahal, cinta harus diimpor
Perundingan macet dan kemarau terlalu panjang
Sekarang coba protes lancarkan boikot dan sanksi
Mogoklah makan, pasang topeng tengkorak, hapalkan yel-yel
Lalu sambil bergandengan tangan, masuklah ke hatiku
Selagi pintunya terbuka. Nyanyikan lagu apa saja
Siapa tahu ladang dan kotaku kembali berbunga
Anak-anak menari dan pelangi ikut menyala
Membakar segala benci dan dendam curiga
(Eka Budijanta, 1983)
Berikut ini pembagian jenis-jenis puisi deskriptif ketiga
puisi di atas:
Puisi 1: Peristiwa Pagi Tadi
Jenis Puisi: Puisi Deskriptif Kritik Sosial
Alasan: Puisi Peristiwa Pagi Tadi termasuk ke dalam jenis puisi Kritik Sosial karena Puii tersebut menggambarkan tentang orang Indonesia yang suka
bercerita dengan menambah-nambahi omongan orang lain. Padahal tidak mengetahui
secara langsung. Hal itu tampak dalam runtutan cerita dari tokoh satu ke tokoh lain, dengan cerita kenaasan yang bertambah.
Pagi, Sopir oplet cerita kepada pekerja kantor
Siang, Pekerja kantor cerita kepada tukang warung
Sore, tukang warung cerita kepada ‘kamu’.
Malam, ‘kamu’ maunya cerita kepada ‘aku’.
Dengan cerita yang selalu ditambahi. Yang awalnya hanya
cerita tertabrak motor, ditambah jatuh ke aspal. Kemudian ditambah digotong ke
tepi, meninggal di rumah sakit.
Padahal yang ditabrak sedang bercerita. Sedang menulis puisi.
Jadi, ini adalah kritik sosial tentang masyarakat Indonesia yang sangat mudah menggibah dan menambah cerita yang hasil karangannya sendiri padahal tidak mengetahui aslinya bagaimana. Hal ini seagai kitik akan kondisi sosial masyarakat Indonesia yang bukan hanya suka menambah dan mengarang cerita yang berlebihan atas suatu peristiwa, tapi juga suka membahas kejadian buruk yang menimpa orang lain.
PUISI 2: Tengadah ke Bintang-bintang
Jenis Puisi: Puisi Deskriptif Satire
Alasan: Puisi Tengadah ke Bintang-bintang masuk dalam jenis puisi Satire karena Puisi tersebut berisi puisi yang berupa
pengungkapan yang berkebalikan. Dalam puisi tersebut terdapat kata bimbinglah
si goblok. Itu adalah satire. Karena ungkapan dan istilah yang digunakan
dalam puisi tersebut adalah istilah-istilah ilmu pengetahuan. Istilah mikroskop,
teleskop, stetoskop adalah istilah pengetahuan. Sementara penyairnya
mengaku si goblok. Itu adalah satire.
PUISI 3: Peninjauan Nuklir
Jenis Puisi: Puisi Deskriptif Kritik Sosial
Alasan: Puisi Peninjauan Nuklir termasuk dalam Jenis Puisi Kritik Sosial karena Puisi di atas sangat tegas mengkritisi
penggunaan nuklir yang berbahaya bagi kehidupan makhluk hidup di bumi. Salah
satunya dengan penggambaran: Nelayan-nelayan sakit, keracunan lautnya. Ini
menunjukkan bahwa kondisi laut yang tercemar. Bahkan kritik sosial sudah muncul
dalam baris yang tegas:
Sekarang coba protes lancarkan boikot dan sanksi
Mogoklah makan, pasang topeng tengkorak, hapalkan yel-yel
Baris dalam Puisi di atas dengan gamblang mengajak untuk protes atas keadaan yang menurut penyair
adalah keadaan yang tidak baik tersebut. Bahkan protesnya jelas, demo terbuka. Boikot, sanksi, mogok makan, dengan yel-yel. Demonstrasi adalah salah satu cara untuk melancarkan sebuah kritik.
Demikian penjelasan tentang jenis-jenis puisi deskriptif
beserta contoh dan alasannya. Semoga bermanfaat, salam Pustamun!
Posting Komentar untuk "JENIS PUISI DESKRIPTIF: PERISTIWA PAGI TADI, TENGADAH KE BINTANG-BINTANG, PENINJAUAN NUKLIR"
Komentar bisa berupa saran, kritik, dan tanggapan. :)