Kegiatan 3: Membuat Cerpen: '"Hadiah untuk Adik'
Membuat cerpen pada dasarnya adalah pekerjaan yang mudah. Karena tinggal menceritakan sesuatu. Tinggal menambah gambaran yang jelas tentang nama tokohnya, latar ceritanya, dan bagaimana ceritanya terjadi.
Maka dari itu seharusnya dapat dengan mudah membuat cerpen. Sesui dengan petunjuk yang ada dalam buku teks Bahasa Indonesia Kelas IX SMP/MTs halaman 85 berikut ini.
Buatlah cerpen yang mengangkat kehidupan remaja di daerahmu. Tokoh remaja yang tidak memiliki orang tua, tetapi harus mengurus adiknya. Cara ia sekolah, mencari nafkah, dan mengurus adiknya. Suatu saat adiknya minta dibelikan kue dan es krim di hari ulang tahunnya. Ia ingin membuat adiknya bahagia, tetapi tidak punya uang untuk memeuhi permintaan adiknya. Apa yang harus dilakukannya? Masalah apa yang terjadi? Bagaimana akhir ceritamu?
Sebelum itu, tentukan pula pesan apa yang ingin kamu sampaikan: kerja keras, kejujuran, percaya kepada Tuhan, atau kasih sayang. Jika menemukan ide lain yang menurutmu menarik, konsultasikan dengan gurumu untuk disetujui!
Berdasarkan gambarn cerita di atas, Membuat Cerpen dalam bagian ini, diberi judul: Hadiah untuk Adik: Pengorbanan demi Kebahagiaan
Cerpen: Hadiah untuk Adik
Sebuah perjuangan kakak tercinta.
"Mas... mas! Kemarin aku lihat Andi makan burger. Katanya itu hadiah ulang tahunnya. Ulang Tahunku kapan, Kak? Aku kalau ulang tahun, belikan burger juga ya, mas..." Samsul berlari riang. Menghampiri ketika aku baru saja pulang dari rumah Haji Muhidin.
Aku tak pernah memperingati ulang tahunnya, karena itu juga hari nahas. Ibu meninggal ketika Samsul lahir. Tapi, mana mengerti anak yang belum genap tujuh tahun itu tentang kematian ibunya.
"Besok, ulang tahunmu itu seminggu lagi. Hari Minggu depan. Nanti kakak belikan burger saat kamu ulang tahun. Oke?"
"Sip...... yeeee.... besok aku dibelikan burger...." Samsul berlari ke luar rumah. Rumah peninggalan orang tua yang belum pernah sempat direnovasi.
Baru saja aku pulang dari rumah Haji Muhidin, untuk mengantarkan berkarung kelapa yang baru kupetik. Uang bawon yang tidak seberapa -karena haraga kelapa memang lagi murah- sudah habis kubayarkan hutang beras di warung Mbak Lis.
"Sul... sudah sore. Ayo mandi, bentar lagi ngaji!." Adikku yang kupanggil ini dengan riang pergi ke kamar mandi. Masih merapalkan burger dengan riang gembira. Aku semakin dalam berpikir, bagaimana caranya dapat uang untuk membelikan burger Samsul, dua hari lagi.
Sambil mengantarkan Samsul mengaji di Musala Pak Irsyad, aku bertemu dengan Pak Kus, pemilik pohon kelapa yang biasanya juga kupanenkan tiap bulan sekali. Baru dua minggu yang lalu kupanen. Ketika kumohon untuk dipanen lagi, dia menolak. Masih terlalu muda katanya.
Beberapa rumah pemilik pekarangan dengan pohon kelapa kudatangi. Kutawarkan jasa memanjat pohon kelapa. Tidak ada mau, memang baru dijual semua. Kurang tua. Apalagi saat kelapa murah seperti sekarang. Lebih baik dibiarkan tua. Kata mereka.
Tentu saja, pikiranku bingung. Bagaimana cara mendapatkan uang. Sementara sepulang mengaji sore, dia kembali menanyakan burger. Kuiyakan saja. Dengan senyum yang tak kalah ceria dibandingkan senyumnya.
"Tenang, tak belikan. Tapi Samsul ikut kakak salat magrib di masjid ya. Dan janji gak boleh nakal di masjid."
***
"Ya Allah... semoga Mas Ratno dapat rejeki, biar bisa belikan aku burger. Ya Allah...." Mendengar doa yang dilantunkan Samsul pas setelah salat magrib berjamaah, aku menangis. Tapi segera kuseka air mataku. Agar tidak terlihat oleh adikku ini.
"Ini pakai sandalmu. Eh tadi di dalam, kamu kok doanya begitu?" Tanyaku sambil duduk di beranda Masjid.
"Iya, tadi di TPQ Ustazah Nuro ngomong, Mas. Kalau minta rejeki itu mintanya ke Allah. Ya aku minta." Jawabnya dengan polos.
Kami pulang ke rumah. Pak Gufron yang sedang duduk di dalam rumahnya memanggilku. Ada kepentingan sepertinya.
"Rat, dua minggu lagi petikkan kelapa saya ya. Yang sudah kau petik minggu kemarin. Saya butuh untuk nyunat. Bawonan uang ya, karena saya butuh kelapa banyak. Ini saya beri dulu uangnya." Pak Gufron mengulurkan dua lembar seratus ribuan.
Setelah menghabiskan kopi yang disuguhkan, saya pulang dengan sangat bahagia. Samsul juga. Bukan hanya karena besok akan beli burger, Bu Gufron juga memberinya satu susu kotak.
_________________
Demikian contoh kegiatan 3: Membuat cerpen dengan tema remaja yang sederhana. Semoga bermanfaat.
Posting Komentar untuk "Kegiatan 3: Membuat Cerpen: '"Hadiah untuk Adik'"
Komentar bisa berupa saran, kritik, dan tanggapan. :)