Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Apakah Arti Pedut? Tulisan yang Digurat Saat Kabut Bergelayut

 Pagi ketika suara Lik Parlan masih terdengar penuh semangat dari TOA Masjid Dusun Mangaran memimpin pembacaan istigasah rutin setelah zikir subuh, ibu berkata: "pedute koyo ketigo."

Memang adanya pedut di pagi hari sebagai salah satu tanda alam bahwa ini adalah musim kemarau. Tapi kini alam sudah sangat seperti wanita, sangat sulit ditebak maunya apa. 

Dalam khazanah agraris pedesaan, memang telah menjadi common sense bahwa pedut sebagai tanda musim kemarau. 

Suasana Berkabut Pedesaan | foto: @muntijo


Tapi saya tanggapi ucapan ibu, dengan candaan,"pedut salah mongso." Karena penasaran maka saya buka prakiraan cuaca dari laman BMKG. Hari ini, Sabtu (6/Mei/2023), diperkirakan siang dan sore nanti akan turun hujan di Jember. Pedut ini turun di masa yang salah. 

Tapi setidaknya, pedut ini telah menambah syahdu pagi hari ini. Yang siang dan malam kemarinnsangat gerah. Cuaca yang panas menyengat. Bahkan senyumnya pun tak mampu untuk mendinginkan suasana panasnya *tsaahhh.

Dari tadi yang ditulis adalah pedut. Sebenarnya apa artinya? 

Pedut --sengaja tidak saya tulis miring dan tanla tanda kutip-- adalah kata dalam Bahasa Indonesia. Sudah ada lema pedut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. 

Arti kata Pedut adalah Kabut, diserap dalam KBBI dari bahasa Jawa. Pedut yang dikutip dalam kalimat bahasa Jawa di atas, lebih tepat diterjemahkan sebagai: embun pagi. 

Sementara dalam ragam jurnalistik kata kabut identik dengan "kabut asap". Kata kabut yang seharusnya memiliki nuansa syahdu, tenang, dan nyaman berubah menjadi kata yang memiliki nuansa sakit dan sesak. Dalam bahasa Jawa, ada kata "bheluk" yang berarti "asap".

Mungkin kata pedut memiliki kata yang lebih pas "embun pagi". Dalam Tesaurus Bahasa Indonesia, buku yan serupa kamus berisi sinonim dari kata yang dicari, embun bersinonim dengan kabut dan halimun. 

Tinggal dicari mana kata yang lebih pas jika ingin menggunakannya. Bisa disesuaikan dengan rimanya. 

Sementara tulisan ini hampir selesai ditulis pedut pagi sudah mulai menipis. Suara istigasah Lik Parlan sudah tak terdengar. Sudah ditutup doa tadi. Kini suara sudah digantikan oleh pengajian oleh Bindereh Mukhlis Irsyad, yang terdengar dari TOA Pesantren Al-Islah Curah Kendal. 

Embun sudah mulai menipis, mulai terkikis oleh sisipan cahaya dari mentari. Sepertinya akan mulai gerah lagi. *mun

Posting Komentar untuk "Apakah Arti Pedut? Tulisan yang Digurat Saat Kabut Bergelayut"