Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Selamat Jalan Pak Putu Sukmaantara | Sekilas Kesan

 Pagi ini, (15/09 2023) melihat ucapan duka cita, di tengah ada foto lelaki berkumis berkacamat, mengenakan ikat kepala (dijawa disebut udeng) khas Bali. Dengan bunga kuning terselip di telinga kanannya. Tangannya tertelangkup di depan dada, senyumnya lebar. 

Seakan memberikan pesan dan ucapan selamat tinggal. "Saya jalan duluan." Begitu mungkin. Beliau, lelaki di dalam foto berbingkai lingkaran dengan bunga itu, adalah Putu Sukmaantara. 



Kami memanggilnya Pak Putu. Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris di FKIP Universitas Jember, yang juga mengampu mata kuliah Bahasa Inggris untuk Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 

Tentu dengan hanya mengajar 1 semester di awal kuliah. 2 atau 3 SKS dulu. Di tahun pertama kuliah, tidak kenal secara personal dengan Pak Putu. 

Setahu saya, Beliau adalah Dosen, adalah guru kami. Setahu saya agamanya Hindu. Seperti yang beliau perkenalkan di awal kuliah dulu. 

Maka ucapan duka, yang dibuat oleh Esa Unej (Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris) yang saya lihat juga diunggah oleh beberapa kontak saya --teman-teman PBSI dan Pendidikan Bahasa Inggris-- terdapat tulisan. Sepertinya bahasa Bali atau Doa dalam agama Hindu. Saya tidak tahu. 

Yang jelas Pak Putu telah memberikan dua pelajaran penting ketika kuliah. Yang sebentar itu. 

Pertama: Praktik Langsung dan Tidak Anti Teknologi. Pak Putu sudah memberikan tugas untuk membuat percakapan dalam bahasa Inggris. Harus direkam. Menjadi video. Itu tugasnya. Tugas yabg sangat berat ketika kamera di tahun 2009/2010 masih menjadi barabg langka. Kamera dan memori HP jelas tidak memenuhi kriteria tugas dari Pak Putu. 

Kami para mahasiswanya berjibaku  belajar bahasa inggris dengan benar. melafalkan yang tepat. Kemudian merekam serta mengeditnya. Berat sekali. Tapi itu menjadi bekal yang sangat berarti. Sangat berkesan bagi saya. Yang harus merekam itu di karpet Ruang Tamu Ma'had Assyabab. Ma'hadnya para ikhwan HTI Link Kampus. Untuk kamera, hasil pinjaman. Entah lupa pinjam ke siapa. 

Kami jadi belajar banyak hal. 

Kedua: Kesan masih teringat hingga kini. Pak Putu menerima --bahkan menyarankan-- tugas yang dikumpulkan menggunakan kertas bekas. Tulus tangan tidak apa-apa. Kalau ada tulisannya silang sjaa. Gunakan bagian belakang yang masih kosong. Bahkan boleh menggunakan kertas sobekan yang dipungut dari tempat sampah. Tak apa. 

Kertas itu, kata Beliau, diolah dari kayu. Semakin sedikit kertas yang digunakan. Semakin aman hutan dari penggundulan untuk  penanaman pohon produksi kertas. 

Mungkin, sepotong kertas yang digunakan mahasiswanya hanya "menghemat" penggundulan hutan tak seberapa. Bukan hanya satu pohon. Mungkin hanya akan megurangi satu dahan atau satu ranting dari penggundulan. Tapi beliau sudah berbuat. Dan itu cinta sejati. Berbuat meski tidak harus langsung mengubah sekejap mata. 

Tindakan Pak Putu, adalah ejawantah --kenapa saya kepikiran diksi ini: ejawantah-- dari kisah dalam Islam. Kisah burung pipit yang turut serta berupaya memadamkan api yang membakar Nabi Ibrahim. Bukan semata hasilnya yang dinilai, tapi usahanya. Tuhan maha mengetahui segala tindak makhluknya. 

Perintah Pak Putu dalam menghemat kertas adalah wujud cintanya pada Bumi. Wujud cintanya pada sang kuasa yang telah menganugerahi manusia dengan pohon oksigen dan segala siklusnya. 

Selamat Jalan Pak Putu. Selamat Jalan. 

Posting Komentar untuk "Selamat Jalan Pak Putu Sukmaantara | Sekilas Kesan "