Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Asal-usul dan Sejarah Kalender Masehi | Awalnya hanya 10 Bulan Menjadi 12 Bulan

 Desember, awalnya adalah bulan kesepuluh. Desember dalam bahasa Indonesia yang berasal dari December (Bahasa Inggris) berasal dari kata Decem yang artinya Sepuluh. Artinya Desember adalah bulan kesepuluh. Awalnya. Lalu sekarang sudah menjadi bulan yang kedua belas karena ada penambahan dua bulan di awal yaitu Januari dan Februari. 

Begini sejarah panjang kalender masehi yang telah berkembang selama ratusan tahun dan sampai sekarang dipakai secara meluas di seluruh dunia. Termasuk Indonesia. 

Awalnya Kalender Masehi yang kita kenal seperti sekarang tidak seragam. Keseragaman ini dimulai pada tahun 1752. Keputusan ini berlaku sesuai dengan dekrit oleh  Paus Gregorius XIII. Pada tahun itu, Kepausan sangat berpengaruh di dunia barat. 

Ide ini diawali oleh ide dari Julius Caesar. Kaisar yang pernah sangat berpengaruh di Romawi sekitar 100 tahun sebelum Masehi. Sepertinya Julius Caesar tidak pernah menduga bahwa kalender ini menjadi kalender standar yang meluas di seluruh dunia. 

Perlu diingat bahwa, penghitungan tahun Masehi tidak serta-merta menjadi awal penanggaalan yang berdasarkan siklus matahari, dalam bahasa Arab disebut Syamsiyah. Kalender berdasarkan matahari ini hanya hitungan tahunnya berasal dari penghitungan dari kelahiran Isa Al-Masih. Jadi, dalam bahasa Indonesia disebut Masihiyah atau Masehi. Namun, perhitungan bulan dan jumlah harinya sudah ada jauh sebelum era Isa al-Masih. 

Penanggalan atau kalender Julian (sebutan untuk kalender yang kita sebuh Masehi sekarang ini) pertama kali diperkenalkan oleh Julius Caesar, sekitar 45 tahun sebelum Masehi. Bisanya ditulis dengan kode SM atau BC dalam bahasa Inggris: Before Century).

Kalender Julian ini merupakan penanggalan berdasarkan siklus edar matahari dengan jumlah hari yang tetap tiap bulannya. Setiap empat tahun sekali, disisipi satu hari. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan panjang hari dalam setahun. 

Sebelum era kalender Julian, sebelum erea 45 tahun SM, disebut era yang membingungkan. Jumlah hari dalam satu bulan tidak beraturan. Jumlah bulan dalam setahun hanya sepuluh. 

Julius Caesarlah yang menyisipkan 90 hari dalam kalender tradisional Romawi. Tujuannya agar dalam satu tahun, jumlah harinya sama dengan siklus matahari. 

Penambahan hari yang dilakukan oleh Julius Caesar ini bertujuan agar pergantian musim dalam tiap tahunnya menjadi tetap. Jadi, awal tiap pergantian musim setelah penambahan ini menjadi siklus yang tetap. Setiap tanggal sekian pasti awal musim ini. Begitu seterusnya. Maka sejak itu, siklus musim dan penanggalan menjadi tetap setiap tahunnya. 

Awalnya, penambahan yang dilakukan oleh Julius Caesar ini dianggap tindakan yang ceroboh. Penambahan yang dilakukan oleh Julius Caesar mendapatkan kritik karena dianggap mengubah dan mejadikan kalender Romawi tidak lagi sesuai dengan siklus bulan. Memang pada awalnya, kalender Romawi kuno merupakan kalender yang berdasarkan bulan sekaligus matahari, atau disebut Kalender yang Luni-Solar. 

Jika di zaman Julius Caesar, sekitar 2069 tahun yang lalu, kalender ini dianggap membingungkan, apalagi zaman yang lebih dulu dibanding era kalender julian. Pasti sangat salbut. 

Dalam perkembangannya, Julius Caesar mengikuti saran dari Sosigenes. Sosigenes adalah astronom yang berasal dari Aleksandria. Akhirnya Julius Caesar menetapkan  kalendernya menjadi 12 bulan. Dari yang awalnya hanya sepuluh bulan. 

Jumlah hari tiap bulan sejak masa itu, sama dengan jumlah hari tiap bulan yang dipakai hingga sekarang. Setiap empat tahun sekali, ditambah sisipan satu hari. Sekarang kita mengenalnya dengan nama tahun kabisat. Yang disisipkan satu hari, dalam bulan Februari. 

Namun, penerapan tahun kabisat yang seharusnya empat tahun sekali mengalami kesalahan sepeninggal Julius Caesar. Yang seharusnya penambahan setiap empat tahun sekali, menjadi penambahan di saat memasuki tahun keempat, sehingga terjadi kerancuan dengan penambahan kabisat setiap tiga tahun sekali. 

Konon, kerancuan ini dikoreksi oleh Kaisar Agustus, dengan meniadakan semua kabisa selama 12 tahun, yaitu sejak tahun 8 SM hingga tahun 4 Masehi.  Setelah koreksi ini, kalender Julian jadi berfungsi lebih baik, lebih tepat dan sesuai dengan perubahan musim di Romawi. 

Ketika Julius Caesar berkuasa, dia menetapkan bahwa 1 Januari adalah awal tahun. Sementara di masa yang sama ada pula yang menetapkan awal tahun  selain tanggal 1 Januari. Di antara yang berbeda itu, ada yang menentukan awal tahun pada 1 Maret, 25 Maret, dan 25 Desember. 

Penentuan hari pertama tiap bulannya juga bermacam-macam. Menurut Kalends, hari pertama tiap bulan dimulai pada hari pertama bulan baru (hilal) tampak. Sementara cara yang lain, penentuan awal bulan menurut Nones, mengambil tanggal 1 setiap bulan mulai pada pertengahan bulan, yang jatuh bulan purnama. 

Yang paling banyak diikuti kala itu adalah ide dari Kalends. Dari inilah maka muncul istilah kalender. 

Dalam satu tahun  kalender Romawi Kuno, awalnya hanya ada satu bulan. Dari Maret sampai Desember. Maka dari ini alasan adanya orang yang mengawali awal tahun dari 1 Maret. Baru pada tahun 8 Sebelum Masehi, ditambahkan dua bulan. Yaitu Januari dan Februari. 

Januari diambil dari nama tuhan Romawi: Janus. Dalam mitologi Romawi, Janus memiliki dua wajah. Satu melihat masa depan, satu lagi melihat masa lalu. Jadi, diletakkan di awal tahun. 

Februari diambil  dari bahasa latin 'Februara' yang artinya 'Pesta Penyucian' yang dilakukan tiap tanggal 15 Februari oleh bangsa Romawi. 

Maret yang awalnya pada kalender kuno Romawi menjadi bulan pertama, menjadi bulan ketiga. Seperti yang kita kenal sekarang. Maret (March)  diambil dari nama tuhan perang: "Mars". 

April diambil dari nama tuhan cinta bangsa Yunani: "Aphrodite".

Mei diambil dari "Maia Mayesta". Adalah Tuhan musim semi orang-orang Romawi Kuno. Pada bulan Mei ini, diadakan pekan raya yang sangat meriah di Romawi Kuno. 

Juni diambil dari nama Juno. Tuhan perempuan bangsa Romawi yang melambangkan kewanitaan dan kebahagiaan keluarga. 

Juli di masa Romawi Kuno bulan ini bernama Quintilis (artinya bulan kelima --dihitung dari Maret). Diubah menjadi Juli oleh Markus Antonius, sebagai penghormatan kepada Julius Caesar yang tewas ditikam oleh Brutus, pengawalnya sendiri. 

Agustus ditetapkan sebagai nama bulan setelah Juli oleh Kaisa Au-Gustus (August). Kaisar Au-Gustus lahir dibulan kedelapan ini (Keenam jika dihitung dari Maret). 

September namanya tetap. Diambil dari kata 'Septa' yang artinya tujuh. Bulan ketujuh dari Maret. Setelah ditambah bulan Januari dan Februari, September adalah bulan kesembilan. Septa yang berarti tujuh, juga ada dalam bahasa sanskerta 'Sapta' juga dalam bahasa Arab 'Sabta' diserab jadi 'Sabtu'. Artinya sama: Tujuh. 

Oktober dari kata 'Octa' yang artinya 'delapan'.

November dari kata 'Novum' yang artinya 'Sembilan'

Desember dari kata 'Decem' yang artinya 'Sepuluh'. 

Ketiga bulan tersebut namanya tetap dan tidak diubah dari masa Romawi Kuno. Artinya pun tetap bulan kedelapan, kesembilan, kesepuluh dalam kalender kuno Romawi. Sebelum diubah menjadi 12 Bulan.

Baca Juga: Fakta Unik Tahun Kabisat

KALENDER GREGORIAN

Kalender yang kita kenal sebagai Kalender Masehi sekarang ini, juga disebut dengan Kalender Gregorian. Seperti disebutkan di atas, Gregorian diambil dari nama Paus Gregorius XIII pada tahun 1582. 

Koreksi ini dilakukan karena perlu adanya koreksi pada Kalender Julian, setelah dipakai selama 16 abad. Setelah 1.600 tahun kalender Julian digunakan, terjadadi pergeseran titik balik matahari. Titik balik matahari yang seharusnya terjadi pada 21 Maret pada setiap tahunnya, pada saat itu bergeser lebih cepat selama 10 hari. 

Tujuan awalnya berkaitan dengan peribadatan umat Katholik dalam peringatan Paskah.  Pergeseran ini mengacaukan penentuan hari Paskah yang bergantung pada siklus lunar-solar (perpaduan siklus matahari dan bulan sekaligus). Dengan pergeseran ini, gereja khawatir akan terjadi pergeseran yang semakin jauh dari musim semi belahan bumi utara. Serta semakin menjauhi peringatan eksodus musa. 

Maka dari itu, dengan alasan keagamaan itu, kalender Julian perlu dikoreksi. Ide untuk mengoreksi ini sudah muncul di era Paus Pius V di tahun 1572. Tapi, pelaksanaan koreksi baru dilakukan pada tahun 1582. Koreksi dikeluarkan melalui Dekrit yang dikeluarkan oleh Paus Gregorius XII pada tanggal 24 Februari 1582.

Isi dektrit itu antara lain tentang siklus tahun kabisat. Serta pada tahun itu, hari dalam kalender Julian dikurangi sepuluh hari. Maka pada, pada tahun itu, setelah tangal 4 Oktober 1582 keesokan harinya langsung melompat menjadi tanggal 15 Oktober 1582. Tidak pernah ada tanggal 5-14 Oktober 1582 dalam catatan sejarah. Tanggal yang tidak pernah ada. 

Setelah dekrti dari Paus Gregorius XIII itu, 21 Maret telah menjadi titik balik matahari yang lebih presisi. Karena awalnya penetapan dan koreksi kalender ini berdasarkan kepentingan peribadatan Katolik, maka gereja protestan dan gereja ortodoks awalnya menolak. 

Namun, lambat-laun penggunaan Kalender Gregorgian --yang sekarang disebut dengan Kelender Masehi-- semakin luas. Terlebih saat ini, setelah hampir 5 abad revisi kalender oleh Gregorgian, penggunaan kalender tersebut sudah meluas di seluruh dunia. 

Sekali lagi kalender itu hanya hitungan dan urutan angka. Menjadi baik itu harus, di setiap hari. Entah tanggal berapa dan hari apa. 

Posting Komentar untuk "Asal-usul dan Sejarah Kalender Masehi | Awalnya hanya 10 Bulan Menjadi 12 Bulan"