Memahami Guyonan Dokter Bedes @RyuHasan 'Mlebune Metu Ngendi'
Jokes Dokter Ryu Hasan cukup menarik bagi saya. Meskipun setelah 10 jam diunggah tapi yang merespon masih sedikit --untuk ukuran twit-twitnya dokter ahli bedah saraf alias neurosurgean. Karena biasanya utas-utasnya tentang ilmu pengetahuan kedokteran mendapat respon yang sangat banyak. Baik komentar, rituit, maupun sukanya.
Isi twit @ryuhasan adalah sebagai berikut:
Bedes solo: "iki mlebune metu ngendi cah?"
Bedes suroboyo: "kon iki sakjane kate mlebu opo kate metu seh cuk?"
Setelah 10 jam, twit itu masih minim tanggapan, baik berupa komentar, retweet, dan suka. Mungkin karena dari 88 ribu orang yang mengikutinya sebagian tidak paham konteks guyonan dokter yang sering ngomong dengan logat Jawatimuran.
Memang, untuk memahami guyonan yang sering mengganti kata 'orang' dengan 'bedes' hingga disebut dokter bedes, ini harus penutur bahasa Jawa. Lebih pas lagi kalau mampu memahami bahasa Jawa Soloan dan bahasa Jawa Suroboyoan.
Percakapan antara Bedes Solo dan Bedes Suroboyo itu sebenarnya lucu. Juga punya ciri khas bahasa masing-masing. Solo pakai 'cah' sementara Suroboyo pakai 'cuk'.
Yang hanya mengetahui dan memahami bahasa Jawa Suroboyoan tapi tidak paham bahasa Jawa kulonan akan sulit memahami guyonan itu. Pun sebaliknya begitu.
Yang lucu dari guyonan itu adalah perbedaan bukan kata cah dan cuk, tapi perbedaan pemaknaan pada kata metu.
metu dalam bahasa jawa Suroboyoan hanya berarti kelaur. Sementara dalam bahasa Jawa kulonan bisa bermakna lewat atau melalui.
Jadi, iki mlebune metu ngendi, cah? Kalau diucapkan oleh penutur Suroboyan menjadi iki mlebune liwat endi, rek?
Wujud ketidak-pahaman orang suroboyo ditampakkan dalam pertanyaan: kamu ini sebenarnya mau keluar apa mau masuk? Karena perbedaan penggunaan kata metu.
Teko Suroboyo ate nang Jember metu Tanggul.
Nah.....
hooo.. iki mlebune jebule endi?
BalasHapusNah... iki lain maneh....
HapusMetune jebus ngendi iki???
BalasHapusJebus.... arek ndi sing ngomong ngene iki...
BalasHapus