Kaidah Kebahasaan Teks Eksposisi dalam Bahasa Indonesia
Teks eksposisi memiliki kaidah kebahasaan tersendiri. Sebuah teks ekposisi berisi pembahasaan topik tertentu dengan penekanan argumentasi atau alasan agar orang percaya dan setuju terhadap tujuan teks eksposisi tersebut.
Oleh sebab tujuan teks eksposisi yang demikian, maka kaidah kebahasaan yang digunakan dalam teks eksposisi juga menyesuaikan.
Berikut ini kaidah kebahasaan teks eksposisi:
1. Menggunakan kata teknis
2. Menggunakan kata hubungan argumentasi (kausalitas)
3. Menggunakan kata kerja mental
4. Menggunakan kata perujukan
5. Menggunakan kata persuasif
6. Menggunakan kata denontatif
Penjelasan tentang kaidah kebahasaan teks eksposisi
1. Menggunakan Kata Teknis
Yang dimaksud dengan kata teknis adalah kata-kata atau istilah yang berkaitan dengan topik yang dibahasa. Misalnya saja yang dibahas adalah tentang hutan atau kehutanan, maka kata teknis yang digunakan adalah penebangan hutan, reboisasi, penghijauan, pembalakan liar, HPH (Hak Pengelolaan Hasil Hutan), Hutan industri.
Jika topik yang dibahas dalam teks eksposisi adalah tentang Kemacetan Kota Besar, maka kata atau istilah teknis tentang kemacetan dan transportasi. Kata teknis dalam topik tersebut antara lain lampu lalu lintas, pelanggaran, traffic light, lajur, zebra cross, JPO, ganjil-genap, emisi gas karbon, emisi kendaraan.
Jika yang dibahas adalah topik tentang Demokrasi, maka kata kerja teknis yang mungkin digunakan dalam sebuah teks eksposisi antara lain: hak pilih, surat suara, pemilihan langsung, hak menyatakan pendapat, dipilih dan memilih, pemilu, perlementer, preseidensial, kabinet, hak prerogratif.
Begitu pula jika yang dibahas adalah topik tentang kebersihan lingkungan, maka kata teknis adalah hal-hal teknis yang berikaitan dengan sampah dan pengelolaan sampah. Begitu seterusnya. Jadi, kata teknis adalah kata yang berkaitan erat dengan hal tersebut, dan tidak ditemukan pada topik lain.
2. Menggunakan Kata Hubungan Argumentasi (Kausalitas)
Dalam teks eksposisi, karena juga berisi argumentasi untuk menguatkan alasan juga digunakan kata hubungan kausalitas atau hubungan sebab akibat atau akibat sebat. Kata-kata yang termasuk jenis hubungan kausalitas antara lain: jika, sebab, karena, dengan dmeikian, akibatnya, oleh karen itu.
Kata hubungan kausalitas tersebut juga bisa berupa hubungan kronologis yang bertentangan. Misalnya dengan digunakannya kata-kata: sebelum itu, kemudian, pada akhirnya, sebalinya, berbeda halnya dengan, namun.
3. Menggunakan Kata Kerja Mental
Kata kerja mental (mental verba) adalah kata kerja yang pekerjaan tersebut tidak dikerjakan secara fisik oleh manusia, tetapi kata kerja yang mengerjakan adalah pikiran atau perasaannya. Kata kerja mental atau mental verba contohnya: diharapkan, memprihatinkan, mengenaskan, mengagumkan, menduga, memikirkan, mengansumsikan, menyimpulkan, mengindikasikan, mengisyaratkan, menenangkan, dan sebagainya.
4. Menggunakan Kata Perujukan
Kata perujukan adalah kata yang digunakan untuk merujuk atau mendasarkan sesuatu pada hal yang lebih kuat atau lebih dipercaya. Kata kerja perujuk misalny, berdasarkan data....., menurut pendapat ......, sesuai dengan hasil penelitian...., bersumber dari.....,
Nah, titik-titik di atas adalah sumber data atau sumber sandaran yang posisinya lebih kuat daripada argumentasi yang ditulis oleh penulis teks eksposisi. Misalnya ketika topik teks eksposisinya adalah tentang tingginya penderita covid-19 di Indonesia maka kata perujuk yang bisa digunakan antara lain:
Berdasarkan data dari Satgas Covid-19 Indonesia, penderita Covid-19 di Indonesia sudah lebih dari 400.000 orang.
Menurut pendapat pakar virus, segala jenis virus bisa dibunuh dengan mencuci tangan pakai sabun.
Sesuai dengan hasil penelitian badan kesehatan dunia, virus ini telah bermutasi dengan cepat.
Bersumber dari rilis rumah sakit, ruang isolas sudah penuh.
5. Menggunakan Kata Persuasif
Kata persuasif adalah kata yang mengajak orang untuk melakukan sesuatu dengan sopan. Kata persuasif antara lain, hendaklah, sebaiknya, diharapkan, perlu, selayaknya, seharusnya, hendaknya, haruslah, alangkah lebih baik, alangkah lebih bijak, akan menjadi lebih baik, akan lebih.
Contoh teks eksposisi dengan topik kehutanan, kata persuasif yang bisa digunakan dalam kalimat adalah sebagai berikut:
Hendaklah pemanfaatan hutan juga tetap memperhatikan kelestariannya.
Sebaiknya hutan lindung dan hutan adat jangan sampai dijadikan hutan industri.
Diharapkan semua pihak punya kepedulian tehadap pelestarian hutan.
Alangkah lebih baik jika lahan-lahan di lereng gunung meskipun milih warga juga ditanamai pohon agar turut serta menjaga daya serap tanah jika hujan terjadi.
Akan lebih bijak jika pemangku kepentingan memiliki wawasan lingkungan yang mumpuni.
6. Menggunakan Kata dengan Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya, bukan makna kiasan. Jadi pada setiap teks eksposisi karena berisi pemaparan terhadap alasan-alasan (argumentasi) maka digunakan kata dengan makna denotatif dengan makna sebenarnya.
Misalnya dalam teks ekspoisi dengan topik hutan, maka tidak diperlukan penggunakan personifikasi pucuk pohon yang menari. Sama sekali tidak mendukung teks eksposisi. Maka yang digunakan adalah makna sebenarnya, misalnya: pohon menjadi habitat bagi bagi satwa liar yang hampir punah.
Demikian penjelasan tentang kaidah kebahasaan teks eksposisi. Dalam postingan selanjutnya akan dibahas tentang kaidah kebahasaan teks eksposisi yang diterapkan dalam contoh.
Posting Komentar untuk "Kaidah Kebahasaan Teks Eksposisi dalam Bahasa Indonesia"
Komentar bisa berupa saran, kritik, dan tanggapan. :)