Arti Kata Kuy dan Istilah Malang-an Lainnya
Pernah dengar kata kuy atau membaca kata kuy di media sosial. Baik itu facebook atau
twitter atau yang lain?
Mungkin pembaca yang
pertama kali membaca kata itu sulit memahaminya. Misalnya ada teman yang memperbarui
status di facebook:
![]() |
Arti Kuy Jalan adalah Yuk Jalan dalam Bahasa Ngalam alias Malang sumber gambar: keepo.me |
“Jalan kuy”
Atau mengetwit di media
sosialnya:
“Laper nih, Mkan kuy”
Pembaca yang tidak pernah
hidup di Malang Jawa Timur atau tidak pernah berkomunikasi dengan orang-orang
Malang, pasti kesulitan memahami kata kuy.
Dikira kuy adalah istilah asing.
Padahal itu adalah kata yang dibalik susunan hurufnya. Kata kuy berasal dari kata yuk.
Pembolak-balikan susunan
huruf sebuah kata seperi ini identik dengan cara berkomunikasi orang-orang di
Malang, Jawa Timur. Arek-arek Malang, biasa juga disebut dengan kera-kera ngalam (ini juga hasil
pembalikan) suka membolak-balikkan susunan huruf tanpa membalik susunan kata.
Maka dari itu, orang
Malang dan orang yang pernah bersinggungan dengan orang malang, atau pernah
mempelajari fenomena bahasa, pasti mudah memahami kata kuy semudah memahami kata Sam yang diucapkan oleh orang Malang.
Yang dimaksud adalah mas. Sapaan
untuk orang laki-laki yang sedikit lebih tua.
Hampir semua kata dibaca
juga ditulis dalam bentuk balikannya. Berikut ini kata lain selain kata kuy yang umum dibalik-balik:
Ongis nade adalah Singo Edan, julukan untuk Klub sepak bola di Malang, Arema.
Libom adalah mobil. Meskipun sebagian orang Jawa Timur menyebut mobil dengan istilah montor (bukan motor), orang Malang dan sekitarnya
menyebut mobil dan dibalik menjadi libom.
Pembolak-balikan kata
dalam bahasa Malang-an ini tidak beraturan. Contoh dalam kalimat berikut:
Ikope utas.
Ketika memesan minuman di
warung kopi, pemesan mengatakan kalimat di atas, maka pelayan warung sudah
paham bahwa yang dimaksud adalah kopine
satu.
Jadi percampuran dengan
bahasa Indonesia juga terjadi di situ. Dalam kalimat di atas, kata ikope terdiri dari kata dasar ikop (kopi) dan imbuhan –ne tau –e. Imbuhan menjadi –ne jika
huruf terakhir yang dilekati berupa vokal.
Contoh: kopine, topine, bukune. Dalam bahasa
Indonesia kopinya, topinya, bukunya.
Sementara imbuhan –e jika huruf terakhir yang dilekati
imbuha tersbut berupa konsonan.
Contoh: mobile, montore, laptope. Dalam bahasa
Indonesia mobilnya, motornya, laptopnya.
Nah, bentuk ikope sama saja dengan kopine. Kata kopine dibalik menjadi ikope.
Yang dibalik adalah kata dasarnya saja yaitu kopi menjadi ikop.
Sementara imbuhan alias akhiran (dalam istilah kerennya adalah sufiks) adalah tetap dilekatkan
dibelakng. Tidak dibalik menjadi enipok. Kata
dasar yang dibalik pun tidak penuh kopi menjadi
ipok tetapi menjadi ikop.
Memang agak sulit memahami
struktur dan pola pembalikan kata dalam bahasa yang biasa dipakai oleh kera-kera ngalam. Hal ini disebabkan
karena tidak ada konsistensi terhadap pola dan struktur pembalikannya.
Pola pembalikan bahasa ngalam ini menganut prinsip arbitrer
atau manasuka. Seakan-akan sesuka pengucapnya, tetapi sudah disepakati bersama
oleh mereka yang terbiasa bertutur dan bercakap-cakap dalam bahasa
bolak-baliknya Malang.
Jika ingin memahami
bahasa ngalam maka perlu membaur dan
berkomunikasi serta terlibat langsung dalam tuturan bahasa ngalaman. Sama halnya dengan belajar berbahasa Inggris, akan lebih
efektif jika praktik langsung.
Setelah memahami pola
dasar (meskipun struktru pembalikannya tidak beraturan) bahasa Malang, pembaca
akan tahu bahwa kuy adalah kata yuk yang dibalik.
Jadi yang perlu dibalik
bukan sekadar bahasa kera-kera ngalam. Ketika
menggoreng tempe pun harus dibalik, agar tidak kosong. J
Salam Pustamun!
Ikop artie kopi a sam?
BalasHapusAyas genaro ngalam ae kaet itreng mbek asahab e, hehee. Onok e ipok sak itrengku sam, verb e ngipok, ng (imbuhan yang sering mengungkapkan akan aktifitas kerja), ngipok = ngopi, ngluyur, ngguyu, nggombe, nggambar, nggacir ... hehee