Rejo Kenangan: Sebuah Identitas
Ada tiga dusun di Desa Sukamakmur yang memiliki kesamaan, baik luas wilayah maupun sejarah. Sehingga memiliki kesamaan lain secara administratif dan sosial. Juga saling berdekatan. Batas wilayah antara ketiganya juga hanya berupa garis khayal. Tidak ada batas fisik secara tegas.
Ketiga dusun itu adalah: Dusun Curah Rejo, Dusun Curah Kendal, dan Dusun Mangaran. Saya menyingkatnya menjadi: Rejo Kenangan.
Kesamaan Rejo Kenangan dari segi sejarah. Ketiganya merupakan wilayah yang sama-sama bagian dari Eks-HGU PTPN. Jadi, tanah di ketiga dusun Rejo Kenangan tersebut tidak tercatat pada buku desa tentang kepemilikan tanah.
Bukti kepemilikan tanahnya berdasarkan kesepakatan sosial, baru setelah terbit sertifikat, ada bukti sertifikat hak miliknya. Tanah di Rejo Kenangan tidak ada Akta, Petok, ataupun bukti lain selain sertifikat yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan.
Kesamaan luas, yang tidak terpaut jauh menjadikannya secara administratif pemerintahan juga memiliki kesamaan. Masing-masing Dusun Rejo Kenangan terdiri dari dua RW dan 10 RT, jadi total ada 30 RT. Dengan jumlah penduduk yang terpaut tidak terlalu jauh. Bandingkan dengan Dusun Plalangan, satu dusun saja, sudah ada 21 RT.
Dusun Rejo Kenangan juga memiliki tiga masjid, satu untuk masing-masing dusun. Bukan karena tidak mampu membangun masjid, tapi secara jarak dan kepantasan memang cukup dengan satu masjid untuk satu dusun.
Maka secara sosial juga dapat menjadi satu kesatuan yang kuat. Tidak ada wilayah yang terpisag terlalu jauh. Bahkan sama sekali tidak ada pemukiman yang terpisah satu dengan yang lain, di Dusun Curah Rejo, Curah Kendal, maupun Mangaran.
Bandingkan dengan Dusun Langsatan, yang ada wilayah yang disebut Duminik. Duminik adalah bagian dari Dusun Langsatan --terdiri dari dua RT-- yang terpisah hamparan sawah hampir satu kilometer jaraknya dari pemukiman yang lain. Belum lagi dusun Plalangan. Banyak wilayah pemukimannya yang ngeblok. Ada Plalangan Pinggir Kebun, 2 RT. Terpisah persawahan yang jauh dari blok Plalangan Sidodadi.
Batas antara Curah Rejo dan Curah Kendal adalah gang kecil. Yang masyarakatnya saling berinteraksi. Baik secara sosial maupun keagamaan. Tidak ada sekat antara warga Curah Rejo dengan warga Curah Kendal.
Begitu juga antara warga Curah Kendal dengan Mangaran. Batas antara keduanyanhanya berupa selokan yang sangat kecil. Seolah tidak terpisah antara keduanya. Maka hubungan antar-warga sangat dekat. Apalagi yang berbatasan langsung. Maka antara warga Dusun di Rejo Kenangan ini bisa saling kenal. Bahkan tak jarang masih memiliki hubungan saudara.
Sedikit perbedaan antara Rejo Kenangan adalah Bahasa dan Budayanya. Curah Rejo identik dengan penutur berbahasa Jawa. Curah Kendal identik dengan bahasa Madura. Sedangkan Mangaran identik dengan bahasa Jawa yang campur Madura.
Baca Juga: Bahasa Jawa Curah Rejoan, Sebuah Dialek Bahasa
Tentu saja juga identik dengan budayanya. Curah Rejo identik dengan suka pagelaran Wayang Kulit. Yang lainnya tidak.
Meskipun saling berbaur dan berinteraksi. Akan sangat bisa dibedakan oleh masing-masing penduduknya jika bercakap-cakap. Dari logat dan pilihan katanya akan diketahui bahwa ini orang Curah Rejo, ini orang Curah Kendal, dan Ini orang Mangaran.
Bagaimana? Adakah dusun lain yang semacam ini?
Posting Komentar untuk "Rejo Kenangan: Sebuah Identitas"
Komentar bisa berupa saran, kritik, dan tanggapan. :)